Namun kali ini, menjajal melewati jalan tol sepanjang 800 km lebih. Cukup menantang dan melelahkan.
Apalagi di tengah perjalanan dapat kabar cabang olahraga futsal sudah bertanding esoknya.
Benar-benar laju bus tak tertahan. Jarak antara satu kota dengan kota lain terasa dekat. Memandang ke luar jendela perumahan warga, pertanian, kebun tebu, pabrik, gunung dan bukit.
Rasanya kalau ada tol di Padang, pemandangannya hampir sama. Yang agak berbeda mungkin hamparan sawah. Kalau di tol Jawa itu, sawah terhampar luas tidak berundak-undak. Karena kondisi tanahnya rata.
Beras yang dihasilkan pun berbeda. Kalau di Jawa itu, lebih familiar dengan beras pulen.
Bagi sebagian orang Sumbar agak susah menelan. Tak biasa. Nasinya lengket. Tidak berderai seperti di kampung. Tapi sudahlah, kalau lagi lapar habis juga….
Teringat dengan program pemerintah membangun tol di Padang-Pekanbaru. Kalaulah tol itu selesai, bakal mempersingkat jarak tempuh Padang-Pekanbaru.
Sepanjang rest area yang disinggahi, banyak juga makanan atau kuliner khas masing-masing daerah dijajakan. Puluhan UMKM ditampung di masing-masing rest area.
Misalnya di rest area Brebes, Jawa Tengah. Di sana ada UMKM yang menjual telur asin yang menjadi khas daerah penghasil bawang merah. Ada pula yang menjual empal gentong.
Masing-masing rest area juga disediakan sarana beribadah seperti masjid. Bersih. Ada petugas yang menjaga dan mengelola masjid.
Padahal yang datang ke masjid kalau dilihat dari silih berganti kendaraan baik mobil atau bus yang datang ditaksir ribuan orang per hari. Tapi kondisi toiletnya bersih.