Opini  

2024: Prabowo The King Maker

Oleh: Soesilo Abadi Piliang

Bangsa Indonesia akan bersiap-siap merayakan pesta demokrasi akbar, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Pemerintah, partai-partai politik di DPR serta KPU pun sudah menyepakati tanggal pemungutan suara, yakni 14 Februari 2024. Semua partai politik (parpol) harap-harap cemas mencari peluang untuk memenangkan Pemilu.
Namun sayangnya, saat sebagian besar partai politik (parpol) pasang kuda-kuda untuk merebut hati rakyat jelang Pemilu 2024, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengusulkan penundaan Pemilu 2024. Alasannya, Pemilu akan mengganggu kebangkitan ekonomi Indonesia setelah pandemi Covid-19. Usulan Cak Imin mendapat dukungan dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan.

Bagaimana Partai Gerindra menyikapi hal itu? Partai Gerindra secara tegas menolak usulan penundaan Pemilu 2024 karena tidak sesuai dengan kehendak konstitusi UUD 1945. Dalam hal ini, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Sugiono seperti diwartakan antaranews.com, Rabu (2/3/2022), menekankan bahwa UUD 1945 mengamanatkan Pemilu digelar setiap lima tahun sekali dan dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasi, jujur dan adil.
Sikap tegas Gerindra yang menolak upaya-upaya menunda Pemilu 2024 dapat dipahami karena partai tersebut dikenal dengan kepatuhannya terhadap ketentuan dan konstitusi di negara ini. Bukankah masyarakat Indonesia menginginkan diselenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD pada Pemilu 2024?

Atas hal itu kita (baca: rakyat) patut mengapresiasi Gerindra karena partai berlambang burung garuda benar-benar menjunjung tinggi konstitusi. Pada sisi lain, ini menandakan Gerindra sepertinya sudah siap “tempur” dalam menghadapi Pemilu 2024. Benarkah?

Bagaimana peluang kemenangan Gerindra di Pemilu 2024? Kita tak bisa menutup mata bahwa Gerindra yang didirikan pada 6 Februari 2008 yang dipimpin Prabowo Subianto telah menjadi partai besar dalam usia “remaja”. Bahkan mampu mengalahkan sejumlah partai gaek lain yang telah berurat berakar dan sarat dengan pengalaman di bidang politik di negara ini. Hal itu terbukti perolehan suara di Pemilu 2019, di mana KPU RI menetapkan suara sah parpol; PDIP 19,33%, Gerindra 12,57%, Golkar 12,31%.

Dalam pemilihan umum legislatif 2019 di Sumatera Barat, Gerindra dapat pula memperlihatkan tajinya, di mana Gerindra) mendapat masing-masing tiga kursi di DPR RI periode 2019-2024. Dari Dapil Sumbar I yang menyediakan 8 kursi, Gerindra mendapat 336.944 suara dan mengantarkan Andre Rosiade dengan suara 133.994 dan Suir Syam dengan perolehan 51.556 suara ke Senayan. Di Dapil Sumbar II yang menyediakan 6 kursi, Gerindra juga menjadi jawara dengan mengumpulkan 223.891 suara dan mengirimkan wakilnya Ade Rizki Pratama dengan jumlah 104.740 suara menuju Senayan.

Gerindra juga memetik kemenangan telak pada Pemilu 2019 di Sumbar, di mana partai rintisan Prabowo Subianto itu keluar sebagai pemenang dengan perolehan kursi sebanyak 14 kursi di DPRD Sumbar.
Bagaimana elektabilitas parpol jelang Pemilu 2024? Lembaga Trust Indonesia Research and Consulting, baru-baru ini, merilis hasil survei terbarunya terkait elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2024. Hasilnya PDIP masih berada di urutan tertinggi dengan perolehan angka 21,8 persen.

Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal dalam paparannya, seperti dikutip suara.com, Senin (30/1/2022), menyebutkan, di urutan kedua masih bertengger Gerindra dengan perolehan elektabilitas 17,3 persen. Lalu di posisi ketiga ada Golkar dengan perolehan angka 10,6 persen.Urutan keempat ada PKS dengan angka 9,9 persen, disusul PKB dengan angka 8,1 persen. Lalu ada Demokrat dengan angka 7 persen.
Sementara itu lembaga Survei & Polling Indonesia (SPIN) jelang Pemilu 2024 dalam survei terbarunya pada Februari 2024, seperi diwartakan RMOLBengkulu, Senin (14/2/2022) menyebutkan, dari hasil survei yang melibatkan 1.230 responden pada 31 Januari hingga 11 Februari 2022 menunjukkan peningkatan elektabilitas Partai Gerindra. Namun, peningkatan elektabilitas dari partai yang dipimpin Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tersebut masih di bawah PDI Perjuangan yang tumbuh stagnan.

Elektabilitas PDIP dalam surveinya bulan itu berada di angka 19,1 persen, sementara Gerindra sebesar 15,6 persen. Sedangkan di urutan ketiga ada Partai Golkar dengan elektabilitas 10,9 persen, keempat PKB (6,3 persen), dan PKS 6 persen. Kemudian di urutan keenam ada Partai Nasdem dengan elektabilitas sebesar 5 persen, Partai Demokrat 4,9 persen, PPP 1,9 persen, dan PAN 1,3 persen.

Khusus Gerindra, pada Agustus 2021 SPIN mencatat elektabilitasnya sebesar 13,3 persen, kemudian terus menanjak pada Desember 2021 menjadi 14,3 persen dan di Februari 2022 tercatat sebesar 15,6 persen. Artinya, dengan peningkatan elektabilitas tersebut, terjadi peningkatan ketertarikan masyarakat umum terhadap figur politik, partai politik tersebut.

Tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap Gerindra tentu tidak terlepas dari dari karisma politik Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Gerindra yang dikenal sebagai pengusaha, mantan perwira tinggi militer yang punya jiwa kepemimpinan, tegas, cerdas, disiplin, merakyat, serta dikenal dekat dengan kaum milineal.

Prabowo sendiri punya peluang besar maju sebagai calon presiden di Pemilu 2024. Partai Gerindra telah mengadang-gadangkan bahwa putra begawan ekonomi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo akan maju dalam Pilpres 2024.
Nama besar Prabowo dalam dunia perpolitikan di Indonesia memang santiang (hebat), tidak hanya mampu membesarkan Partai Gerindra, tapi juga sejarah politik di negara ini mencatat Prabowo berhasil memenangkan para kadernya Pilkada. Pada Pilkada DKI Jakarta 2012 silam, Gerindra mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk berpasangan dengan kader PDIP Joko Widodo. Mereka memenangi Pilkada tersebut.