21 HARI HIDUP BERSAMA COVID-19; Oh Tuhan…Saya Positif 

Saya hanya membayangkan saja, kalau misalnya terpapar, lalu menjalani isolasi di tempat karantina atau rumah sakit, bisa dapat gambar-gambar bagus, foto-foto eksklusif; memotret dari dekat bagaimana tim medis bekerja dalam “baju astronot” yang beratnya minta ampun, bagaimana mereka harus menahan derita, jauh dari keluarga dan ikut bertarung nyawa karena berhadapan setiap hari dengan para penderita. Duh, ini pikiran wartawan sekali…

Sampai akhirnya kabar tak sedap itu datang di 22 Oktober 2020. Juru bicara penanganan Covid-19 Provinsi Sumatera Barat, Jasman Rizal mengirimkan hasil tes swab saya dengan satu kalimat, “Disuruh Istirahat”. Inilah vonis terberat yang selama ini dikhawatirkan banyak orang. Saya perhatikan baik-baik, oh Tuhan…saya positif. 

Itu adalah hasil tes yang saya lakukan sehari sebelumnya, atau 21 Oktober 2020, langsung di Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand. Pimpinan Labor ini, dr. Andani Eka Putra terkenal seantero nusantara, karena berbagai terobosan yang dilakukannya dalam melakukan tracking dan uji sampel. Oleh Gugus Tugas Nasional, Dokter Andani dijadikan sebagai percontohan dan diminta membantu penanganan Covid-19 di berbagai provinsi.

Saya harus terima hasil labor itu dengan lapang dada. Tidak ada jalan banding, karena tidak ada Mahkamah Labor. Hahahaha. Lagi pula, buat apa pula mencari jalan banding. Nikmati sajalah, karena saya memang sedang sakit saat itu.

Dalam literatur yang ada, swab test atau uji usap dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan pemeriksaan standar yang digunakan dalam menegakkan diagnosis Covid-19. Secara umum terdapat beberapa tahapan dalam pemeriksaan laboratorium terhadap sampel pemeriksaan yang akan di uji.  Salah satunya adalah Cycle Threshold atau Ct. 

Secara umum Ct tidak merepresentasikan hasil yang positif maupun negatif, namun Ct menunjukkan jumlah siklus yang diperlukan sinyal fluoresens untuk melewati batas ambang threshold. Nilai Ct berbanding terbalik dengan jumlah materi genetik virus pada sampel. Semakin rendah nilai Ct yang di dapat makan semakin tinggi jumlah virus yang terkandung, dan sebaliknya semakin tinggi nilai Ct maka semakin rendah jumlah virusnya. Penentuan batas ambang positif dan negatif tergantung dari reagen dan alat yang digunakan dalam pengujian laboratorium. Namun, sebagian besar PCR menggunakan batas nilai Ct 40 untuk bisa dinyatakan positif. 

Hal yang menyenangkan adalah info tambahan yang saya peroleh dari labor, bahwa Ct saya sudah menunjukkan angka 34. Dalam bahasa sederhana, saya sudah dalam proses menuju kesembuhan. Artinya, saya sudah terinfeksi sejak lama, jauh sebelum uji usap itu dilakukan. 

Saya tidak tahu dari siapa terinfeksi. Tapi saya merasakan tak enak badan setelah pulang liputan demo Omnibus Law di DPRD Sumatera Barat, pada Kamis, 8 Oktober 2020. Demo itu berlangsung di tengah hujan gerimis, dengan drama perang batu dan senjata gas air mata yang menyalak.

Keesokan harinya, saya benar-benar tak nyaman. Shalat Jumat hari itu “saya lepas”, karena tak ingin menulari orang. Panas dingin di sekujur tubuh. Selain panas dingin, saya merasa seperti ada yang menusuk-nusuk dari telapak kaki hingga paha. Selera makan hilang. Kalaupun dipaksa makan, takkan sampai sesuap. Setelah itu, mual datang. Saya tak bisa bergerak dari tempat tidur, karena begitu bangkit, dunia berputar karena pusing.

Tapi di hari Sabtu, 10 Oktober 2020, saya terpaksa harus bangun dan bangkit dari tempat tidur. Tepat sepuluh menit sebelum  pukul 2 siang itu, saya masuk room virtual. Saya tak bisa mengelak, karena ada janji yang sudah dibuat sejak lama dengan pengelola Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto, Universitas Negeri Padang untuk memberi materi training tentang jurnalistik televisi. Dengan bersandar ke dinding, saya bertemu dengan hampir 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air, hari itu. Menunaikan janji. Saya tahan sakit untuk berbicara selama dua jam. Saya sempat berpikir, ini barangkali akan menjadi amalan saya terakhir kalau saya mati. Mudah-mudahan Tuhan memasukkannya dalam kelompok Ilmu yang bermanfaat. Aamiin…Dan, setelah itu, saya tumbang lagi. (bersambung)