PADANG – Sebanyak 30 group sepak rago se Sumbar berlaga pada Festival Sipak Rago Lubuk Palarik, Sabtu (26-28) Maret 2021. Festival ini menjadi ajang unjuk kebolehan sepak rago sekaligus merawat seni tradisi anak nagari.
“Sepak Rago adalah permainan anak nagari. Keberadaannya positif dalam menjalin silaturahmi antar anak nagari,” sebut Ketua Badan Musayawarah Pembangunan Nagari (BMPN) Pauh IX, Kuranji Kota Padang, Muhammad Fikar pada pembukaan Festival Sipak Rago Lubuk Palarik, Sabtu (26/3).
Dikatakannya, untuk mepertahankan seni tradisi anak nagari tersebut dibutuhkan kekompakan. Dibutuhkan kebersamaan. Sehingga tradisi terjaga, generasi muda masih dapat menyaksikan permainan tradisional.
Menurut, M. Fikar yang juga Ketua Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Kota Padang ini, Sipak Rago mengandung banyak filosofi. Karena seni tradisi tersebut menggabungkan banyak seni dan budaya dalam satu permainan.
Dalam memainkan Sipak Rago, dimainkan minimal 5 orang, bisa lebih. Pemainnya seperti bersilat. Terkadang menampilkan tarian ala randai. Kemudian dipadu dengan kebolehan menendang bola.
Bolanya terbuat dari rotan, tapi lebih ringan dari bola takrwaw. Bola itu tidak boleh jatuh ke tanah. Harus menendang satu sentuhan masing-masing pemain.
“Kegiatan ini perlu dipertahankan. Jangan sampai mati seni tradisi anak nagari,”katanya.
Sementara, Ketua Sumbar Kreatif yang juga pemilik Kupi Batigo, Yulviadi Adek menyampaikan Kupi Batigo adalah kafe kopi yang selalu selalu andil untuk merawat seni tradisi di Sumbar. Dengan itu, dirinya sangat mengapresiasi festival Sepak Rago tetap bergulir tahun ini.
“Kita tidak mau lupa dengan budaya, Kupi Batigo menggali budaya dan seni. Kita berkolaborasi bersama. Kekuatan kreatifitas dan seni sangat banyak. Untuk itu kami berkeinginan menjaga semua kegiatan yang potensi dan natural,” ujarnya.
Untuk itu, Adek berharap kegiatan itu dapat dilakuka secara berkelanjutan. “Bagaiman kekayaan budaya kita dapat diangkat kembali,”katanya.
Anggota DPRD Kota Padang, Andi Wijaya sangat mengapresiasi festival tersebut. Selain merawat juga membangun kebersamaan anak nagari.
“Sipak rago itu unik dan indah, bermain dengan hati dan fisik. Sehingga dapat melestarikan warisan nenek moyang,” sebutnya.