34 Tahun Berkiprah di Usaha Keripik Balado, Ini Kunci Sukses Christine Hakim

Christine Hakim menerima kunjungan rombongan mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang, Kamis (5/9). (ist)

Menembus sesuatu yang tidak biasa. Mungkin itu yang dilakukan oleh Christine Hakim, pemilik brand ‘Keripik Balado Christine Hakim’, yang membuatnya bertahan bahkan terus berkembang sampai sekarang. Ia sukses menjadi pengusaha besar tanpa modal ijazah satu pun. Cece Kim, demikian ia biasa dipanggil, memulai usaha dari nol sejak tahun 1990 dan kini berhasil menjadi salah satu ikon kuliner sekaligus menunjang kepariwisataan Sumatera Barat.

Setelah 34 tahun berkecimpung dalam usaha keripik balado, saat ini usahanya sudah memiliki omzet hingga miliaran rupiah per bulan dengan 150 lebih orang karyawan. Tak hanya Pusat Oleh-oleh, unit usaha Christine Hakim Idea Park (CHIP)yang berdiri di atas lahan seluas 12 ribu meter persegi di Jalan Adinegoro, Padang, terus menambah wahana untuk memuaskan pelanggan. Terbaru, wahana Wondergolf yang memadukan permainan golf untuk anak-anak dengan imajinasinya serupa dunia Disney.

Sesuatu yang tidak biasa yang ‘dilabrak’ oleh Christine Hakim adalah pola pikirnya yang visioner untuk seorang yang tidak lama mengenyam bangku sekolah. Baginya, usaha yang dijalani bukan untuk hari ini saja, melainkan berkelanjutan di kemudian hari. Misalnya saja, pola kemitraan yang dilakukannya berbeda dengan pengusaha pada umumnya. Ia berani memberi modal bagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang menjadi mitranya. Ia juga mau memberikan pelatihan bila produk mitra tersebut belum memenuhi standar kualitas yang diiinginkan. Tak hanya itu, Christine Hakim mau memberi uang cash pada pelaku UMKM yang menitipkan produknya. Tak heran bila semakin banyak pengusaha UMKM yang ingin bekerja sama dengannya.

“Jadi, tak ada pelaku UMKM yang harus bolak-balik datang hanya untuk menagih berapa uang hasil barang yang sudah terjual. Tapi, syaratnya ya itu, rasanya harus sesuai dengan standar lidah saya,” katanya bercerita kepada rombongan mahasiswa pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Andalas didampingi dosen yang datang berkunjung ke CHIP Lubuk Buaya Padang dalam rangka kuliah lapangan Komunikasi Pariwisata, Kamis (5/9).

Selain itu, pada setiap pameran atau eksibisi yang dulu diikuti, tidak seperti orang kebanyakan yang berpikir berapa banyak produk yang harus terjual saat itu saja, Cece Kim berpandangan bahwa momen itu harus dimanfaatkan bagaimana agar terjalin keterikatan antara ia dan pelanggan. Konsep pameran menurutnya adalah untuk mencari buyer.

“Bagaimana setelah pameran, orang akan cari kita lagi. Mereka bisa balik lagi dan balik lagi,” bebernya.

Wondergolf, wahana baru di CHIP. (ist)

Christine Hakim seperti gelas yang terus diisi air. Ide-ide terus mengalir dari imajinasi serta pengalaman-pengalamannya. Hasilnya, ada-ada saja yang dikembangkan untuk usahanya. Seperti berbagai wahana yang kini ada di CHIP, baik Iceland, Bounceland, Sugar Bear dan Wondergolf, sebagian besar merupakan ide-ide kreatifnya ditambah pengalamannya berkunjung ke berbagai negara.

Yang menakjubkan, di usia yang sudah 68 tahun, Cece Kim tak berhenti belajar. Ia mengaku belajar dari siapa saja yang ia temui dan siapapun yang ia ajak bekerja sama. Karena itu, meski telah melewati berbagai zaman, dari semenjak belum ada teknologi hingga kini massifnya penggunaan media sosial, ia bisa beradaptasi dengan segala perubahan. Pada masa media sosial mendominasi saluran informasi saat ini pun, ia ikut di dalamnya. Tak hanya di belakang layar, Cece Kim sendiri yang menjadi ‘sutradara’ dan pemainnya alias menjadi content creator. Tatkala rombongan S2 Ilmu Komunikasi Unand datang berkunjung ke CHIP, terlihat ia sendiri yang mengarahkan karyawannya dalam mengambil gambar serta mengatur posisi maupun cerita kontennya.

“Hanya senang saja buat diri sendiri,” katanya tersenyum saat ditanya apa dampak bermedia sosial bagi usahanya.

Pesaing Membuat Usaha Lebih Maju

Bila di awal-awal usaha keripik balado hampir tak ada pesaing, kini menjamur usaha serupa yang menjadi kompetitor. Namun, bagi Christine Hakim, pesaing bukanlah musuh, melainkan dorongan untuk mempertahankan kualitas dan berusaha lebih baik lagi.