DHARMASRAYA-Penyakit yang paling banyak diderita umat manusia saat ini adalah narsis. Penderitanya senantiasa mengagumi diri sendiri, lalu membagi-baginya kepada orang lain melalui media sosial (medsos).
“Digitalitasi di semua lini kehidupan, kini berbuah penyakit yang paling banyak diderita umat manusia, terutama di Indonesia. Penyakit itu bernama narsis. Pamer diri dan senantiasa mengagumi diri sendiri melalui media digital,” ujar Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Abdul Mu’ti, M.Ed., Ahad (10/2), di ruangan peremuan kantor Bupati Dharmasraya.
Mu’ti berbicara di hadapan ratusan pimpinan dan warga Muhammadiyah se-Sumbar, pada kegiatan Milad ke-106 Muhammadiyah tingkat wilayah yang dipusatkan di Dharmasraya. Selain pimpinan-pimpinan daerah di Sumbar, hadir juga Pimpinan Daerah Muhammadiyah Muaro Bungo dan Kuantan Singigi.
Selain persoalan penyakit narsis, Mu’ti juga menyorot meruyaknya kelakuan umat manusia melalui medos yang suga menyebar berita bohong alias hoaks. Padahal nyata-nyata ajaran Islam menegaskan, ucapnya, menyebar berita bohong adalah perbuatan dosa.
Agar tidak berketerusan berkubang dosa akibat menyebar berita bohong itu, Mu’ti meminta kepada segenap warga Muhammadiyah agar bijak dalam melibatkan diri pada media-media sosial. “Kritislah dalam menerima dan menyebar informasi di medos itu,” harapnya.
Parahnya lagi, kata dia, dalam persoalan agama kini orang sudah tidak lagi bertanya kepada buya, ustadz, dan guru, tetapi sudah kepada google dan mesin pencari lainnya di jaringan internet. Dia khawatir, bila hal itu terus berlanjut, maka dikhawatirkan akan mendatangkan masalah dalam memahami dalil-dalil dalam mengamalka ajaran Islam.
Berbicara soal perkembangan Muhammadiyah, Mu’ti mengakui, apa yang terjadi saat ini adalah di luar dugaan para pendiri Muhammadiyah. “Dahulu KH Ahmad Dahlan dan kawan-kawan mendirikan Muhammadiyah untuk 20 tahun dengan wilayah operasional di seputaran Yogyakarta semata. Ini di luar dugaan, Muhammadiyah justru mencapai usia 106 tahun dan akan terus bertahan. Sementara wilayah dakwahnya sudah mencakup 37 negara di dunia,” katanya.
Mu’ti mengatakan, dari pengalaman kunjungannya ke daerah-daerah di Indonesia dan cabang-cabang Muhammadiyah luar negeri, dia menemukan fakta, banyak orang-orang yang berasal dari Minangkabau yang jadi pelopor berdirinya Muhammadiyah.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar Dr. H. Shofwan Karim Elhussaini mengakui, persoalan hoaks menjadi masalah fundamental yang melemahkan sandi-sandi kehidupan umat. Karena itu dia meminta, warga Muhammadiyah jangan sampai pula terombang-ambing oleh berita hoaks tersebut.
“Senantiasalah berlomba-lomba dalam kebaikan, dan jangan mau diombang-ambingkan hoaks. Mari jadi pelopor penguatan umat, sebagaimana telah dilakukan para pimpinan dan warga Muhammadiyah terdahulu,” tegasnya.
Persoalan hoaks ternyata jadi kegalauan tersendiri oleh Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Karajaan. Saat memberi sambutan, dia berharap, Muhammadiyah bisa berada di garda terdepan dalam memerangi kabar-kabar bohong yang membuat resah itu.
Terkait dengan posisinya sebagai kepala daerah, Riska menegaskan, pihaknya membuka pintu selebar-lebarnya bagi Muhammadiyah untuk berkiprah dan membina umat. “Mari bersinergi dalam membina masyarakat. Muhammadiyah sudah berpengalaman dalam persoalan ini. Kami membuka peluang selebar-lebarnya untuk mengembangan Muhammadiyah di Dharmasraya,” katanya.(211)