BANDUNG-Anggota DPR dari PKS, Hj. Nevi Zuarina pada
kunjungan kerja komisi VI ke BUMN Farmasi spesifik di PT Biofarma
meminta perusahaan plat merah ini dalam waktu dekat memfokuskan diri
pada distribusi vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan.
Distribusi vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan ini menurut Nevi, sudah
sangat mendesak dilakukan karena mengejar percepatan 80% seluruh
penduduk Indonesia menerima vaksin.
“Saya meminta, Biofarma dapat mencapai produksi vaksin sesuai dengan
program pemerintah untuk mencapai kekebalan komunal. Jumlah produksi dan
distribusi mesti dapat secepat mungkin berkejaran dengan waktu seiring
percepatan penyelesaian wabah pandemi ini,” ujar Nevi.
Menurutnya, Bioframa selaku BUMN juga mesti sinergi dengan BUMN farmasi
lain dan juga swasta untuk mengakselerasi percepatan produksi vaksin
ini. Jangan sampai rakyat sudah siap divaksin tapi supply produksi
terlambat. Untuk mendukung kesehatan masyarakat, obat-obatan dan alat
kesehatan juga mesti dipastikan tersedia di seluruh wilayah Indonesia.
Politisi PKS ini mengatakan, Sampai dengan 31 Mei 2021, BioFarma sudah
menerima bulk vaksin Sinovac sebanyak 81,5 juta dosis. Dari jumlah
tersebut, vaksin yang sudah diproses difasilitas Fill and Finish Bio
Farma, per 28 Mei 2021, sebanyak 52,63 juta dosis, dan yang sudah
release sebanyak 37,90 juta dosis.
Nevi melanjutkan, lewat PMN, Bio Farma kini telah memproduksi 52,63
Juta Vaksin Covid-19 (hingga 31 Mei 2021). Angka ini bertambah jadi 90,1
Juta Dosis Vaksin Covid-19 pada 26 Juli 2021.
“Yang menjadi pertanyaan kami adalah, hingga 22 Juli 2021, jumlah vaksin
yang sudah masuk ke Indonesia, kurang lebih sebanyak 151,9 juta dosis,
yang terdiri dari 123,5 juta dalam bentuk bulk, yang diterima dari
Sinovac dan 22,4 juta lainnya diterima dalam bentuk finish produk yang
diterima dari AstraZeneca, dan Moderna. Apakah Biofarma tidak dapat
memproduksi sendiri vaksin-vaksin ini. Apa kesulitannya..?”, kata Nevi
mempertanyakan.
Legislator asal Sumatera Barat II ini juga mengingatkan, berkaitan
dengan kewajiban penggunaan komponen tingkat kandungan dalam negeri
(TKDN) dan transfer teknologi dalam bidang fill atau finish bulk ini.
Dalam catatannya, terdapat 4 Industri farmasi yang siap transfer
teknologi pengembangan vaksin melalui Biofarma.
“Fraksi kami di PKS juga terus mendorong Biofarma untuk memproduksi
vaksin merah-putih, mulai dari clinical trials atau research and
development hingga produksi pada filling line. Termasuk berkolaborasi
dengan swasta dan Industri farmasi lain. Tentunya kami juga meminta
Biofarma ada kolaborasi dengan UMKM atau Industri Kesehatan berlevel IKM
(Industri Kecil Menengah). Pelibatan UMKM cukup penting mengingat mereka
yang sangat terdampak pandemi”, tutup Nevi Zuairina. (*)