PADANG – Sumatera Barat sudah ditetapkan menjadi sentra minyak atsiri. Pertimbangannya, tidak hanya bahan baku yang banyak, tapi ragamnya juga berlimpah.
Melihat potensi ini, Pemerintah Provinsi Sumbar dibawah pimpinan Gubernur Irwan Prayitno dan Wakil Gubernur Nasrul Abit menjadikan sektor ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sudah saatnya masyarakat mandiri dengan atsiri.
Untuk mengembangkan sektor ini, Pemprov Sumbar sudah mengoperasikan alat pemurnian minyak atsiri. Alat tersebut bantuan dari pemerintah pusat dari anggaran 2018. “Kini alat tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, silahkan gunakan. Tempatnya di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Ulu Gadut,”sebut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumbar, Asben Hendri, Senin (25/3/2019)
Dikatakannya, sebelumnya, Sumbar sudah ditetapkan menjadi sentra minyak atsiri nasional. Penetapan tersebut juga sudah ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepahaman.
“Kita sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Menteri Perindustrian untuk pengembangan minyak atsiri di Sumbar,”sebutnya.
Diakuinya, selama ini Sumbar memiliki banyak potensi minyak atsiri. Selain nilam, di Sumbar juga sudah produksi minyak daun cengkeh dan serei. Hanya saja produksinya masih sangat kecil, karena diolah dengan cara tradisional.
“Potensinya tinggi, tapi belum maksimal. Sebenarnya dengan mendukung usaha masyarakat dalam mengembangkan minyak atsiri ini dapat membantu perekonomian masyarakat,”ujarnya.
Disebutkannya, secara umum Indonesia terdapat lebih dari 40 jenis minyak atsiri, namun baru 20 jenis saja yang telah diekspor produksinya. Minyak atsiri merupakan bahan baku untuk berbagai industri, di antaranya adalah industri flavor dan fragrance, farmasi, makanan, rokok, aromaterapi, industri pengendalian hama, serangga dan lain-lainnya.
Sebagian besar produk minyak atsiri di Indonesia dihasilkan oleh petani dengan menggunakan alat penyuling yang sederhana. Mereka menggunakan drum bekas atau alat plat besi dan pipa ledeng untuk membuat alat penyuling. Bahan–bahan tersebut mudah berkarat dan menyebabkan warna minyak menjadi gelap sehingga mutu minyak menjadi rendah.
Minyak atsiri memiliki pangsa pasar yang bagus, terutama adalah minyak nilam, minyak pala, minyak kenanga, minyak cengkeh, minyak akar wangi dan minyak serai wangi. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan dukungan pemerintah agar masyarakat dapat mengembangkan usaha tersebut.
“Jika kita sudah memiliki industri pengolahan modern, kita harapkan menjadi salah satu peluang usaha bagi masyarakat. Sebab, selama ini masih menjadi sampingan,”ujarnya.