LUBUK BASUNG – Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat ikan di Danau Maninjau yang mati menjadi 1.445 ton akibat kekurangan oksigen di danau vulkanik itu.
“Kematian ikan jenis nila dan mas tersebut terjadi semenjak 3-24 Desember 2021,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira di Lubukbasung, Senin.
Ia mengatakan, ke 1.455 ton ikan mati itu berasal dari ratusan keramba jaring apung milik ratusan petani yang tersebar di tujuh nagari atau desa adat di sekitar Danau Maninjau.
Ke tujuh nagari itu yakni, Nagari Koto Malintang sebanyak 520 ton, Nagari Tanjung Sani 330 ton, Nagari Koto Kaciak 300 ton, Nagari Bayua 20 ton. Sedangkan di Nagari Maninjau 15 ton, Nagari Sungai Batang 50 ton dan Nagari Koto Gadang 220 ton.
“Kematian ikan itu terjadi di seluruh nagari di Kecamatan Tanjungraya,” katanya.
Ia memaparkan, kematian ikan secara massal itu akibat curah hujan disertai angin kencang melanda daerah itu semenjak awal Desember 2021.
Angin kencang disertai curah hujan tinggi mengakibatkan pembalikan air ke permukaan, sehingga oksigen berkurang.
Setelah itu, ikan menjadi pusing dan beberapa menit bangkai ikan mengapung ke permukaan. “Sebagian petani membuang bangkai ikan ke dalam danau, sehingga terjadi pencemaran,” katanya.
Ia mengakui, kerugian petani keramba jaring apung di danau terserbut sekitar Rp28,9 miliar, karena harga ikan tingkat petani Rp20 ribu per kilogram. “Beberapa petani ada yang memanen ikan secara dini dalam mengantisipasi kerugian,” katanya.