JAKARTA-Jalur jalan Sitinjau Lauik merupakan jalur padat lintas tengah, Sumatera, Daerah rawan Kecelakaan, yang melewati tanjakan ektrim yang paling berbahaya. Apalagi ketika curah hujan sangat tinggi dan kabut tebal serta jurang yang dalam.
“Pembangunan Fly Over Sitinjau Laut penting dan mendesak karena banyaknya kejadian kecelakaan. Selama periode 2016-2020 telah terjadi sebanyak 50 kecelakaan, meninggal 19 orang, luka berat 9 orang. Luka ringan 111 orang,” ungkap Gubemur Mahyeldi dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Rencana Pembangunan Fly over Sitinjau Lauik bersama kementerian di Balairung Jakarta, Kamis (13/1/2022).
Rakor ini merupakan proses pengusulan proyek strategis nasional dan menindaklanjuti kunjungan Menteri PPN/Bappenas ke lokasi rencana Fly Over Sitinjau Laut.
Rakor itu dihadiri oleh Delapan perwakilan pemerintah pusat yakni dari Menteri Koordinator Maritim dan Investasi RI, Menteri Dalam Negeri RI, Menteri PPN/Bappenas RI, Menteri Keuangan RI, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, Menteri Perhubungan RI, Menteri ATR/BPN RI dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan pertemuan ini memang yang sangat diharapkan memberikan progres yang baik setelah dilakukan pertemuan dengan Menteri Bappenas, Pupr, KLHK, Menko Marves, yang telah berkunjung di lokasi Sitinjau Lauik.
“Amat besar harapan kami pada pertemuan hari ini dapat bertemu dengan pemerintah pusat, untuk memberikan masukan dan support demi kelanjutan rencana pembangunan Fly Over sitinjau lauik,” kata Mahyeldi.
Selain itu Mahyeldi menyebutkan di Sitinjau Lauik hampir setiap hari kendaraan berat terjadi kegagalan mendaki karena tanjakan terjal dan panjang Radius Tikungan serta tanjakan dan turunan terlalu terjal dan curam. Bahkan kendaraan Bermotor sering lepas kendali (out of control) terutama angkutan berat (Truk dan Bus).
“Demi meningkatkan kenyamanan dan kelancaran transportasi nasional yang merupakan jalur utama logistik menghubungkan Pelabuhan Teluk Bayur dengan wilayah Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Ini akan berdampak meningkatkan aksesibilitas jalan dan mengurangi kesenjangan ekonomi antar daerah serta meningkatkan pertumbuhan rkonomi Sumatera Barat,” jelasnya.
Mahyeldi juga katakan, Sitinjau Laut merupakan bagian jalan lintas Sumatera Bagian Tengah sebagai lalu lintas utama bagi kendaran barang maupun penumpang yang menghubungkan antara Pusat Kegiatan Nasional.
Semenjak tahun 2013 Alhamdulillah pemerintah Sumbar sudah melakukan langkah-langkah untuk membuat FS, kemudian DED tahun 2015 oleh balai jalan, kemudian juga sudah punya amdal th 2019. Dengan panjang 2,6 Km kebutuhan anggaran 1,1 T.
Selanjut Mahyeldi juga menyebutkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat barometernya adalah Kota Padang. Ketika ekonomi kota Padang terganggu maka Sumatera akan terganggu.
Karena penduduk Padang lebih kurang satu juta dari 5,5 juta penduduk Sumatera Barat. Dan beberapa komoditi yang melalui jalur itu termasuk komodiri pertanian, dan Perkebunan CPO lewat dari teluk Bayur untuk kebutuhan negara- negara di India, Pakistan dan beberapa negara lainnya, pada tahun 2021 dengan nilainya 7,4.
Terkait hal itu dikatakan Mahyeldi tidak ada pilihan lain selain membangun fly over guna untuk menghindari terjadinya kecelakaan, macet dan sehingga mobil truck tidak harus ngantri sampai berjam jam.
“Bahkan dari KNKT sudah melihat sendiri bahwasanya memang tidak ada pilihan selain jalur alternatif tersebut. Oleh karena itu butuh dukungan dan semangat kita pemerintah provinsi antara pemerintah pusat agar dapat dimulai pembangunan fly over ini pada tahun 2023, lebih cepat lebih baik, tutup Mahyeldi. Biro Adpim Setdaprov Sumbar