(Nurul Fauziah, Gita Lutfiana, Pratiwi Ineke Anwar)
Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang
Abad 21 ditandai sebagai abad globalisasi yang artinya kehidupan manusia mengalami fundamental dari tata kehidupan abad sebelumnya. Abad 21 sendiri meminta sumberdaya manusia yang berkualitas baik dalam hal usaha maupun hasil kerja yang nantinya akan menghasilkan manusia yang profesional, sehingga membuahkan hasil yang unggulan. Tuntutan yang serba baru menjadi terobosan awal dalam hal berpikir, menyusun konsep, serta tindakan-tindakan yang dilakukan. Dengan kata lain diperlukan paradigma baru dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru termasuk dalam dunia Pendidikan.
Pendidikan pada abad ke-21 ini bertujuan untuk mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan yang mendukung mereka untuk bersikap tanggap terhadap perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Pendidikan abad 21 juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik. Hasil studi PISA menunjukkan bahwa literasi sains peserta didik Indonesia berada dalam kategori rendah. Rendahnya literasi sains peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor dalam sistem pendidikan, seperti kurikulum, guru, maupun peserta didik itu sendiri. Pendidikan sains yang berkualitas termasuk alternatif yang cocok untuk diterapkan pada generasi sebagai pondasi dalam menghadapi tantangan serta tuntutan keterampilan abad 21 tersebut. Dimana pembelajaran sains ini dicapai dengan menghubungkan konsep kehidupan sehari-hari dengan konsep yang dipelajari peserta didik. Dengan ketercapaian dalam pembelajaran dapat ditunjukan apabila peserta didik mampu memahami materi yang dipelajari dan dapat mengimplementasikan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi sains sangat dibutuhkan untuk menunjang kurikulum merdeka belajar. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 39 Padang dengan mewawancarai salah seorang pendidik bidang IPA di salah satu sekolah penggerak SMP N 39 Kota Padang. Pendidik tersebut menyatakan bahwa masih rendahnya literasi peserta didik, hal ini dapat dilihat dari kemampuan responsif siswa dalam pembelajaran yang cenderung banyak diam, ini juga berkaitan dengan rendahnya rasa ingin tahu siswa dan malasnya mencari sumber sendiri yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Hal ini juga dibuktikan dari hasil perhitungan angket yang dibagikan kepada peserta didik, diperoleh hasil yang dilihat dari aspek kemampuan peserta didik dalam pemahaman konsep rendah yaitu pada persentase 65,9% yang tergolong cukup ini dikarenakan bahan ajar yang kurang efektif, aspek kemampuan berfikir dengan persentase 74,1% tergolong cukup, aspek rasa ingin tahu atau menyelidiki juga tergolong sangat rendah yaitu dengan angka 54,2%, dan aspek penggunaan inovasi bahan ajar dan teknologi dengan angka 51,0%
Langkah komprehensif yang di tempuh untuk membuat sebuah pola baru yaitu dengan menyiapkan bahan ajar efektif terintegrasi sebuah model untuk meningkatkan keaktifan dan rasa ingin tahu peserta didik. Salah satu model yang dapat meningkatkan keaktifan dan rasa ingin tahu peserta didik yaitu dengan model PjBL. Adanya bahan ajar yang terintegrasi model PjBL dikira mampu mengatasi literasi sains peserta didik.
Bahan ajar sangat mempengaruhi hasil belajar. Pannen (Prastowo, 2015:17) mengutarakan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang tersusun secara sistematis, yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Project Based Learning yaitu model pembelajaran yang berbasis proyek riil dalam pembelajaran untuk memastikan softskills, hardskills, dan karakter yang kuat. Menurut Wahyuni (2019), Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Mayuni, dkk (2019) yang mengungkapkan model Project Based Learning (PjBL) merupakan model, strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dimana peserta didik diajak untuk mengembangkan sendiri kemampuan yang ada dalam diri mereka dengan menciptakan proyek belajar (kegiatan) sehingga literasi sains peserta didik meningkat.
Literasi sains dalam PISA didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam emesta dan perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Firman (2000) literasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis yang juga berkaitan dengan pembiasaan dalam membaca dan mengapresiasi karya sastra (literature) serta melakukan penilaian terhadapnya.
Bahan ajar terintegrasi model PjBL mampu meningkatkan literasi sains peserta didik. Menurut (Rahayu, 2020) kemampuan literasi sains siswa setelah menggunakan bahan ajar modul fisika berbasis PjBL menggunakan analogi mengalami peningkatan. Hasil penelitian (Irvan, dkk. 2018) bahwa bahan ajar berbasis proyek pada materi energi dapat meningkatkan literasi sains siswa pada materi energi.