SIMPANG AMPEK – Warga Nagari Kajai, Pasaman Barat seketika buncah. Pasalnya muncul baliho ukuran besar di daerah Pilubang dengan tulisan. “Kami masyarakat Kajai tidak butuh bantuan dan uluran tangan Bupati Pasaman Barat karena kami bisa bangkit dan mandiri” “Pesan nenek moyang kami akan marah apabila menerima imbalan dari orang khianat dan munafik”. Diketahui, Nagari Kajai merupakan daerah terdampak paling parah gempa 25 Februari 2022 lalu.
Buntut tegaknya baliho tersebut, kabarnya Bupati Pasaman Barat, Hamsuardi melaporkan warganya terkait akun faceebook yang menyerbar luaskan baliho tersebut ke Polres Pasbar, Kamis (27/4).
Dari informasi masyarakat, baliho dengan ukuran besar tersebut diduga dipasang orang tak dikenal malam hari, Selasa (26/4). Hingga berita ini dirilis, baliho tersebut masih terpasang persis di pinggir jalan raya Simpang Empat – Panti.
Penelusuran media ini kesejumlah warga sekitar yang enggan disebutkan namanya, tidak mengetahui siapa yang memasang baliho itu. “Tiba-tiba saja sudah terpampang baliho ini. Kami tidak tahu siapa yang memasangnya,” kata warga sembari menunjuk baliho itu.
Terpisah, Kepala Bagian Hukum Sekretariat Pemda Pasaman Barat, Fahrul Sani kepada Singgalang membenarkan Bupati Hamsuardi melapor ke polres Pasbar terkait baliho itu. Tapi yang dilaporkan adalah akun faceebook, bukan baliho yang terpasang di Pilubang, Nagari Kajai.
“Iya benar, yang dilaporkan akun faceebook inisial “PM”. Tapi materi laporan saya kurang tahu, soalnya saya tidak mendampingi Bapak Bupati saat membuat laporan. Saya berada diluar ruangan,” katanya.
Terpisah, tokoh masyarakat Pasaman Barat, yang juga warga Nagari Kajai, Iman Jendri mengatakan, kehadiran baliho itu hanyalah sebuah bentuk kekecewaan masyarakat Nagari Kajai, harapan mereka sangat besar terhadap Bupati terhadap masalah yang sedang mereka hadapi pasca bencana Gempa.
Tapi sampai hari ini harapan mereka itu seakan tidak akan menjadi kenyataan selamanya,
Psikologis korban gempa Pasbar saat ini memang tidak stabil, apalagi menghadapi bulan hari raya idul Fitri sebentar lagi, mereka masih tinggal ditenda darurat seadanya dengan beberapa keluarga dalam satu Tenda,
Seharusnya pemerintahan daerah harus hadir secara maksimal dalam menghadapi masalah mereka, selain masalah tempat tinggal mereka juga dihadapi oleh keadaan sawah sebagai tempat usaha mereka juga gagal panen karena Daerah Irigasi atau kepala bandar mereka jebol karena banjir bandang, dan sampai hari ini mereka juga bingung mau berbuat apa.
Padahal mereka telah menyampaikan hal tersebut kepada bupati Tapi kenyataannya tidak ada perkembangan apa apa.
Di samping itu, sebagian daerah Kajai juga kesulitan air bersih karena sumber air bersih mereka juga rusak karena banjir bandang dan gempa kemarin.