DHARMASRAYA – Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengatakan, ketika pariwisata berdasarkan kearifan lokal dikelola secara profesional bersama Bumdes, maka seluruh pergerakan ekonomi masyarakat akan tumbuh, mulai usaha UMKM, jasa transportasi masyarakat, penginapan masyarakat dan jasa lainnya akan bergerak.
Pada ujungnya peningkatan pendapatan asli nagari melalui Bumnagnya dipastikan akan tumbuh.
Tidak salah pemerintah pusat selalu memprioritaskan penggunaan dana desa dari tahun ke tahun terlebih di masa Pandemi Covid-19 ini. Orientasinya peningkatan ekonomi masyarakat melalui Bumdes dan desa wisatanya. Oleh karena itu, para walinagari mari bersama serius meningkatkan perekonomian nagari melalui program sector ekonomi dan pariwisata.
“Kami masih melihat pengelolaan Bumnag kita belum bergerak optimal sebagaimana mestinya. Maka kemarin kami perintahkan Kepala DPMD Kabupaten Dharmasraya agar lakukan bimbingan teknis terhadap pengelolaan Bumnag, agar berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terlebih 43 Wali Nagari akan berakhir masa jabatannya pada tanggal 9 Desember 2022 ini. Janganlah persoalan Bumnag ini menimbulkan permasalahan di belakang hari,” ungkap bupati ketika menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) walinagari se-Kabupaten Dharmasraya, di aula lantai dua kantor bupati setempat, Senin, (13/6/22).
Bupati merasa senang dan bangga kepada seluruh walinagari, karena baru saja kembali melaksanakan bimbingan teknis dan Studi Tiru “Pengembangan dan Pengelolaan Desa Wisata berbasis Potensi Lokal” di Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan tersebut dilaksanakan tanggal 2 sampai dengan 5 Juni 2022 lalu yang difasilitasi oleh APKASI. Kemudian juga telah diberikan pembekalan pelatihan peningkatan kapasitas pengelolaan Bumnag pada tanggal 26 sampai dengan 30 Mei 2022 di Kota Padang.
” Saya mengajak seluruh walinagari dan pihak terkait diskusi bersama sehubungan dengan permasalahan pariwisata potensi local dan Bumnag ini secara bersama. Agar kendala dan permasalahan tersebut dapat dipecahkan dalam rakor ini,” pungkasnya.
Sementara itu Kadis PMD Dharmasraya, Hasto Kuncoro, menyebutkan, Banyuwangi adalah Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa yang mempunyai banyak julukan. Pertama the Sunrise of Java, karena matahari pertama terbit di Pulau Jawa. Kedua, julukan Kota Osing karena memiliki budaya atau suku asli Banyuwangi yang disebut Osing. Ketiga julukan Kota Gandrung karena punya tarian asli yang menunggu tamunya dari luar daerah yang disebut Tarian Gandrung.
Keempat Kota Santet karena dulunya Kota Banyuwangi dikenal santet, karena berbagai hal gaib yang dapat menyebabkan berbagai musibah atau penyakit. Kelima, Kota Kencing karena setiap orang yang ke Bali melewati Banyuwangi hanya kebagian kencingnya. Keenam julukan Kota Festival karena setiap desa mengangkat potensi desanya dengan mengandalkan kearifan local masing-masing untuk mengadakan festival itu.
Oleh karena itu, timbul pemikiran masyarakat Banyuwangi bagaimana semua itu menjadi tantangan untuk merubah mindset masyarakat. Dengan potensi budaya kearifan local yang ada menjadi peluang untuk menjadikan kabupaten itu menjadi maju.
“Dari julukan di atas kita membayangkan bagaimana Kabupaten Banyuwangi dulunya dan kondisi sekarang. Walinagari se Dharmasraya sudah melihat langsung keadaannya. Walinagari sudah meninjau ke salah satu Desa Wisata disana, Desa Tamansari, desa yang mengandalkan potensi lokalnya yang semua potensi itu ada semua pada wilayah kita. Bisa merubah wajah kabupaten yang dulunya jauh terpuruk dari kita, bisa mengangkat perekonomian masyarakat melalui pariwisata kearifan local mereka dan pengelolaan Bumdesnya yang smart kampong atau smart digital,” terang Hasto Kuncoro.
Lanjut Hasto Kuncoro, banyak potensi wisata alam yang bisa dikemas di Dharmasraya seperti, gunung medan, bukit tambun dan bukik lantaknya. Pesona air jernih seperti lubuk karak, banai, gunung selasih, alahan nan tigo dan lain lain.
“Yang dibutuhkan saat ini adalah komitmen dan keseriusan dari seluruh kelembagaa yang ada di nagari. Mulai dari pemerintah nagari, lembaga nagari dan Bumdes,” pungkasnya. (roni)