PADANG– Sebagai badan hukum publik yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan Program Jaminan Kesehatan – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), BPJS Kesehatan setiap tahunnya selain diaudit oleh Pengawasan Internal (Wasin) juga diaudit oleh auditor eksternal yang meliputi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan Cabang Padang, Delila Melati mengatakan bahwa salah satu rekomendasi dari audit BPKP adalah tentang upaya pencegagan fraud, dan hal tersebut ditindaklanjuti oleh BPJS Kesehatan dengan mewajibkan absen sidik jari dalam setiap pemberian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (RS) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, tak terkecuali di wilayah kerja Kantor Cabang Padang.
“Tahun 2018 kita sudah berlakukan absen sidik jari untuk kasus Hemodialisa, jika hemodialisa bisa dijalankan otomatis bisa dijalankan juga untuk pelayanan kesehatan yang lain. Setelah hemodialisa, tahap selanjutnya ini adalah untuk kasus pelayanan jantung, pelayanan mata dan rehabilitasi medik. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal untuk melakukan penyempurnaan pengelolaan data agar tidak terjadi fraud berupa pemalusan identitas, ini pola pencegahan,” ungkapnya, Rabu (31/1) petang.
Sampai sejauh ini, lanjut Delila, seluruh RS mitra BPJS Kesehatan Cabang Padang yang memiliki pelayanan kesehatan hemodialisa, jantung, mata serta rehabilitasi medik sudah memiliki mesin absensi finger print. Dan tidak menutup kemungkinanbahwa suatu saatnya nanti semua pemberian pelayanan kesehatan akan didahului dengan finger print.
Kebijakan ini disambut baik oleh RS mitra BPJS Kesehatan Cabang Padang. Helen Permata selaku Koordinator pelayanan kesehatan pasien JKN-KIS di RS Yos Sudarso Kota Padang salah satunya. Ia mengatakan bahwa penggunaan mesin finger print sangat membantu mendeteksi secara dini dalam pencegahan fraud mendeteksi kecurangan, dimana dalam implementasi akan sangatbermanfaatkarenasidik jari pasien tidak bisa menipu petugas.
“Harapannya hal ini dikembangkan dan diusahakan kondisi aplikasi tetap berjalan optimal. Minimal defek, antisipasi jaringan bermasalah, sehingga dalam proses pendaftaran peserta harus menunggu, itu saja yang bisa saya sampaikan, bersama-sama kita berusaha memberikan pelayanan terbaik tanpa fraud,” ungkapnya.
Hal tersebut diamini oleh koordinator pelayanan kesehatan pasien JKN-KIS di RS Bunda Medical Center, Gusvi Eldini, ia sepakat bahwa sistem finger print yang di terapkan di RS sangat membantu dalam mengidentifikasi identitas peserta agar tidak terjadinya kecurangan dan penyalahgunaan kartu oleh peserta JKN-KIS. Bagi Rumah Sakit, implementasi finger print sangat penting untuk memperkuat eligibilitas peserta.
“Setelah kita aplikasikan 2 bulan terakhir memang ada beberapa hal yang berhubungan dengan waktu tunggu pelayanan di pendaftaran. Penyebab nya antara lain, sidik jari pasien susah terbaca. Terimakasi semoga kedepan dapat menjadi lebih baik lagi. Saving lives with Bunda. Advance Inovation, advance You,” ujarnya.