Siapkan Pola Perjalanan, WTBOS Daya Tarik Pariwisata Sumbar

Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf Alexander Reyaan, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNP Dr Siti Fatimah, Kadis Pariwisata Sumbar Luhur Budianda, Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata, Doni Hendra dalam acara sosialisasi WTBOS yang digelar dinas Pariwisata Sumbar di Hotel Daima, Padang, Selasa (19/7). (soesilo ap)

PADANG – Keunikan budaya dan sejarah Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) diharapkan dapat memacu pengembangan pariwisata Sumbar pasca pandemi Covid-19.

Hal itu terungkap dalam acara sosialisasi WTBOS yang digelar dinas Pariwisata Sumbar di Hotel Daima, Padang, Selasa (19/7), yang menghadirkan Direktur Wisata Minat Khusus Kemenparekraf Alexander Reyaan, Kadis Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda serta Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (UNP) Dr Siti Fatimah.

Dalam acara yang diikuti 50 peserta pemangku terkait dari utusan Kota Padang dan kabupaten Padang Pariaman, Direktur Wisata Minat Khusus
Kemenparekraf, Alexander Reyaan, mengatakan pengembangan WTBOS bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja, namun partisipasi masyarakat sangat diperlukan.

Dia menyebutkan, tahun ini pihaknya menggelontorkan dana sebanyak Rp500 juta bersumber dari APBN untuk kesiapan dokumen dan tahun 2023 akan ada dukungan anggaran dalam rangka pemberdayaaan masyarakat.

“Kami masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan world heritage berbasis masyarakat itu,” katanya.

“Karena WTBOS sudah menjadi world heritage maka tujuh kabupaten dan kota terkait harus siap, termasuk fasilitas, produk serta pernak-
pernik pendukungnya. Saat ini, kita siapkan 7 subtema besar,” jelasnya.

Menurutnya, pada tahun 2022 ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI sedang menyusun pola perjalanan (travel
pattern) destinasi wisata WTBOS yang akan menjadi panduan dalam penyusunan paket-paket wisata yang akan dijual kepada wisatawan.

Alexander Reyaan berharap dalam pola perjalanan tersebut wisatawan dapat mengeksplore berbagai produk dan daya tarik serta budaya sepanjang kawasan WTBOS yang meliputi tujuh kabupaten dan kota, yakni Kota Sawahlunto, Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Padang Pariaman.

“Tahap pertama dengan menyusun travel pattern WTBOS yang meliputi 7 kab/kota, dengan skematis dan narasi sejarah masa lampau dengan menggandeng pelaku agen perjalanan wisata lokal,” tuturnya.

Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budianda, yang membuka kegiatan ini mengatakan WTBOS merupakan salah satu daya tarik wisata budaya di Sumatera Barat yang akan menjadi tujuan kunjungan wisatawan.

Menurutnya, WTBOS yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia Unesco bidang heritage pada Juli 2019, menunjang pariwisata Indonesia pada umumnya dan Sumbar khususnya. “Pasar kita tak hanya wisatawan mancanegara, tapi juga wisatawan Nusantara,” katanya.

Dikatakan, keberadaan kawasan WTBOS terkait dengan keberadaan bekas pertambangan batubara beserta infrastruktu pendukungnya (kota tambang, fasilitas perkeretaapian untuk pengangkut hasil tambang dan gudang penyimpanan batubara) dan keragaman budaya masyarakatnya merupakan potensi dan dapat memperkuat identitas pariwisata.