PADANG – Anggota DPR- RI Komisi IX, dr.H. Suir Syam mengatakan, penurunan angka status stunting merupakan program Nasional yang harus diwujudkan secara bersama- sama.
Maka dari stunting ini harus dicegah sejak masih dalam kandungan dengan memberikan asupan gizi yang baik. Pertumbuhan anak bakal terganggu jika kekurangan asupan gizi kronis yang cukup lama sehingga pertumbuhannya tidak normal seperti anak pada umumnya.
“Kondisi tubuh anak yang pendek dari usianya merupakan ciri- ciri stunting. Hal ini sering dikatakan karena faktot keturunan atau genetik oleh orang tuanya. Genetika adalah faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan,” terang Suir Syam dalam kegiatan
Sosialisasi Advokasi dan KIE Penanganan Stunting di Aula Kampus ITP, Kecamatan Naggalo, Kota Padang, baru- baru ini.
Hadir pada kesempatan itu, Koordinator Bidang Dalduk, Dra. Desra, mewakili kepala perwakilan BKKBN Sumbar, Ns. Detti Yendra, S.Kep mewakili kepala Dinas P3AP2KB kota Padang, Lilid mewakili camat Nanggalo, Lurah Kampung Lapai, Wahyudi Edward, S.Stp, Babinsa, Babinkantibmas setempat serta PKB, kader KB dan undangan lainnya.
Lanjut Suir Syam, fokus pemerintah saat ini salah satunya adalah pencegahan stunting. Usaha tersebut bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
“Saya berharap pemahaman sosialisasi ini dapat disebarluaskan oleh para peserta kepada masyarakat luas. Gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat perlu dikomsumsi, serta tetap membiasakan memakan buah dan sayur,” pungkasnya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Dalduk Perwakilan BKKBN Sumbar, Dra. Desra, menyebutkan, pencegahan kasus stunting bisa dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi kepada remaja sebagai cikal bakal keluarga.
Sehingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan secara berkala, minimal empat kali selama kehamilan.
“Dalam proses persalinan menggunakan fasilitas kesehatan dan berupa memberikan air susu ibu (ASI) saja sampai bayi berusia enam bulan. ASI boleh dilanjutkan sampai usia dua tahun, dan berikan juga makanan pendamping ASI. Yang tak kalah pentingnya jangan lupa memantau tumbuh kembang anak dengan membawa ke Posyandu setiap bulan,” pungkasnya. (roni)