LUBUK SIKAPING – Dihari ke-empat, tim gabungan proses evakuasi jasad korban Afif (17) yang tengggelam di lokasi objek Wisata Bayang Aia, Nagari Pauah, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman.
Tim gabungan yang dikomandoi Sekdakab Pasaman, H. Mara Ondak yang juga selaku Kepala BPBD Kabupaten Pasaman, bersama Tim SAR, BPBD, TNI Polri, Club Pencinta Alam Sumbar, relawan, masyarakat dan pihak keluarga korban, langsung terjun ke lokasi melakukan proses evakuasi jasad korban Afif, Rabu(16/11).
Ditengah gerimis rada lebat, tampak puluhan personil tim gabungan dilengkapi katrol dan tali kawat (sling).
Tim bergerak dari Sungai Bayang Aia menuju perbukitan Murai Tinggi yang berjarak tempuh sekitar 2 km.
Kendati hanya 2 km, namun rute yang dilalui cukup ekstrim, menanjak, berbatu, licin dan berlumut, apalagi ditengah cuaca hujan rintik.
“Kita berupaya semaksimal mungkin, jasad Afif bisa dievakuasi hari ini,” ujar Mara Ondak, usai memberikan arahan singkat pada Tim Gabungan yang hendak bertolak dari titik kumpul Bayang Aia.
Diungkapkan Sekda, bahwa posisi korban sudah ditemukan di tengah-tengah air terjun dan kondisinya kemaren telah diikat serta distabilkan, agar tidak hanyut lebih dalam.
“Tim hari ini membawa sejumlah peralatan berupa katrol dan sling, guna mengangkat kayu-kayu besar yang menghalangi evakuasi”terang Sekda.
Mara Ondak berharap dukungan kepada semua pihak dan mohon doanya, semoga tubuh Afif bisa kita evakuasi dan diserahkan kembali kepada pihak keluarga.
Namun hingga berita ini dirilis, proses evakuasi masih terus berlangsung, dan hujan lebat juga terus mengguyur kawasan perbukitan, di kak Bukit Barisan itu, sehingga membuat proses evakuasi menjadi terkendala dan lambat.
Sementara itu, menurut warga sekitar mengatakan sebenarnya pada H+2 Senin, warga sudah menemukan jasad Afif, di kedalaman sekitar 3 atau 4 meter, tak jauh dari lokasi jatuhnya. Namun tubuhnya tidak bisa dievakuasi, lantaran kakinya tersangkut di dahan kayu di dalam sungai.
“Sejak proses pencarian serta evakuasi dilakukan, curah hujan di kawasan itu tak kunjung berhenti, sehingga debit air sungai menjadi tinggi. Inilah faktor utama yang menghambat proses evakuasi, disamping itu juga sarana prasarana kurang memadai,”tambahnya.(Hendra)