Meski Namanya masuk sebagai sebagai kandidat tertinggi dalam bursa cawapres, namun tak membuat Erick Thohir jumawa dan terjebak pada politik.
Bahkan dalam satu kesempatan pertemuan dengan jurnalis, Erick menyatakan bahwa saat ini ia masih akan terus fokus untuk bekerja dan menjalankan tugas sebagai Menteri BUMN.
Menurutnya jika ada survei yang menempatkan dirinya sebagai salah satu kandidat cawapres potensial, menurut Erick, itu merupakan apresiasi dari buah kinerja yang dilakukannya.
Lanjut Erick, saat dirinya akan tegak lurus dengan Presiden dan akan fokus menyelesaikan tugas-tugas sebagai Menteri BUMN.
“Apa lagi dalam konteks politik di Indonesia, penentuan capres dan cawapres merupakan keputusan parpol. Karena bukan berasal dari parpol, maka saya akan fokus pada kerja sebagai Menteri BUMN yang saat ini cukup banyak. Saya tak mau terjebak politik. Hari ini fokus saja pada kerja. Karena fokus kerja di BUMN memberikan manfaat yang besar bagi bangsa dan masyarakat,” ucap Erick.
Wawan Mas’udi, S.IP., M.P.A., Ph.D., Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada menilai pernyataan yang dilontarkan Erick tersebut merupakan langkah yang tepat.
Sebab untuk dapat membangun kepemimpinan politik, harus memiliki basis legitimasi yang sangat kuat.
Sebagai figur yang yang berasal dari teknokrat atau profesional, maka cara yang terbaik untuk membangun legitimasi harus dari performance atau kinerja.
Kinerja yang dimaksud adalah prestasi dalam menjalankan program tertentu sesuai dengan tugas dan amanah yang saat ini diemban.
Karena Pak Erick saat ini memegang jabatan publik sebagai Menteri BUMN, menurut Wawan sudah sewajarnya beliau fokus untuk menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
Membangun legitimasi dari kinerja menurut Wawan juga bukan perkara yang mudah. Ada pihak yang menilai kinerja seseorang sudah baik.
Namun ada pihak lain yang menyatakan kinerja tidak baik. Sehingga langkah yang terbaik adalah dengan mengaitkan antara kinerja dengan apa yang menjadi agenda dan kebutuhan publik secara umum menjadi sangat penting.