JAKARTA – Polemik pergantian Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto melalui Munsyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) belum reda. Bahkan, bukan tidak mungkin bakal semakin nyaring.
Terkait pergantian ketum partai Beringin ini, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Prof. H. Amir Santoso, M.Soc.Sc.,Ph.D kepada awakmedia di Jakarta, Selasa (25/7/2023) malah mengusulkan agar sebaiknya Partai Golkar dipimpin sosok mumpuni, tepatnya dari Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/POLRI Indonesi (FKPPI).
Hal itu, menurut Amir, sebagai penghargaan terhadap TNI yang mendirikan Golkar di masa Orde Baru. Dia melihat, jika Wakil Ketua Umum (Waketum) FKPPI Indra Bambang Utoyo sebagai orang paling tepat untuk memimpin Partai Golkar yang pamornya makin memudar belakangan ini.
“Dulu Golkar itu didirikan oleh Soksi, Kosgoro, dan MKR yang dipimpin tokoh-tokoh TNI. Kalau sekarang Golkar dipimpin putra-putri TNI yang tergabung di FKPPI, rasa-rasanya tidak salah, karena ini merupakan bentuk penghargaan pada TNI yang mendirikan Golkar,” katanya.
Ia memandang Indra Utoyo sebagai pemimpin yang cukup mumpuni, punya visi yang jelas dan luas, jaringannya kuat, enerjik, dan bersih. Tidak punya konflik kepentingan, netral, serta tidak ngeblok sana-sini.
“Indra tidak punya cacat, ia mampu mimpin Golkar karena punya segudang pengalaman. Orangnya supel, tidak angkuh sehingga diterima banyak kalangan,” ujar Amir Santoso.
Amir Santoso yang mantan anggota DPR dari Golkar itu menuturkan, banyak tokoh FKPPI yang kini duduk di pemerintahan. Misalnya, Ketua MPR Bambang Soesatyo, Menteri LHK Siti Nurbaya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
“Mereka baik-baik dan saya pikir Indra Utoyo juga nggak kalah baik. Saya kenal Indra, dia teman saya di Golkar dulu. Sampai sekarang nggak berubah tuh,” tandasnya.
Tak Punya Potongan
Di sisi lain, niat Menteri Investasi Bahlil Lahadia untuk mencalonkan diri sebagai Ketum Partai Golkar rupanya mendapat perlawanan keras dari para elit Golkar, salah satunya Anggota Dewan Pakar Partai Golkar Yasril Ananta Baharuddin. Dia mengatakan, Bahlil Lahadalia tidak punya potongan jadi Ketum Partai Golkar, karena pernah menyatakan keluar dari Golkar pada saat diangkat menjadi Menteri Investasi.
“Lha dia sudah nyatakan keluar dari Golkar kok sekarang mau jadi Ketum Golkar. Akan jadi apa Golkar kalau dipimpin orang semacam ini,” ujarnya dalam perjalanan pulang dari Thailand sebagai peninjau pemilu bersama tokoh Golkar Agung Laksono, kemarin.
Bahkan Yasril curiga jangan-jangan keinginan Bahlil maju sebagai Ketum Golkar karena tiga hal. Yakni, karena ‘pesan atasan’ nya, dorongan koleganya, ataupun karena permintaan para bohir.