PADANG-BKKBN Sumatera Barat (Sumbar) menggandeng Dewan Masjid Indonesia (DMI) Wilayah Sumbar, untuk bersama-sama menanggulangi stunting. Caranya, dengan mengusung program khutbah dan ceramah tentang stunting dan infus (infak untuk stunting), menjadikan stunting dapat dientaskan di Sumbar.
Harapannya, Sumber Daya Manusia (SDM) di Sumbar menjadi unggul dan cerdas, sehingga siap menyongsong Indonesia emas 2045.
“Pada tahun ini, kami dari perwakilan BKKBN Sumbar, memfasilitasi 6.000 buah buku khutbah dan ceramah tentang stunting yang akan disebar bersama DMI Sumbar,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar, Fatmawati, saat memberikan sambutan dalam acara Sosialisasi percepatan penurunan stunting bersama DMI Sumbar 2023 di Hotel Rocky Plaza Padang, Senin (4/12).
Ia mengatakan, buku ini sebagai pedoman bagi Ustadz dan Ustadzah, untuk memberikan edukasi tentang stunting kepada jamaah dan masyarakat sekitar. Harapannya dapat terinternalisasi, terkait maksud program dan bahaya stunting serta pencegahannya.
“Ada 153 peserta pada pertemuan kali ini yang dapat diandalkan untuk menyampaikan khutbah dan ceramah stunting serta infak untuk stunting,” tambahnya.
Program ini akan dikawal bersama–sama, dilakukan pembaharuan dan evaluasi, agar dapat berkelanjutan di masa datang.
“Mari manfaatkan bonus demografi, dimana jumlah penduduk Sumbar saat ini didominasi oleh generasi muda, yang baru berkeluarga dan yang akan berkeluarga, sehingga dapat mewujudkan Indonesia emas, yaitu membentuk keluarga muda yang sehat, produktif dan keluarga berketahanan,” ungkapnya.
Intervensi stunting harus dimulai dari hulu yaitu kepada remaja dan calon pengantin, pastikan remaja-remaja memahami akan pentingnya kebutuhan gizi sejak dari remaja, tidak anemia, tidak melakukan pernikahan dini, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Semua itu harus terencana sejak dari remaja.
Kemudian calon pengantin, pastikan telah melakukan pemeriksaan kesehatannya di layanan kesehatan setempat, mendapatkan bimbingan pernikahan serta penyuluhan dari petugas di lapangan, kader, dan atau tim pendamping keluarga.
Selanjutnya, pemantauan kepada ibu hamil sampai punya anak baduta dapat dilakukan agar masa emas 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK) berjalan optimal baik di sisi kesehatan maupun pola asuh yang diterapkan. Pada masa 1.000 HPK ini, sebuah keniscayaan konsumsi protein hewani.
Sumber daya pangan protein hewani terbesar di Sumbar seperti ikan, telur, daging sapi, daging ayam, dan lain-lain mutlak diberikan baik pada ibu hamil, ibu menyusui, dan makanan pendamping ASI bagi baduta.
Pada kesempatan itu, juga ditandatangani perjanjian kerja sama antara Perwakilan BKKBN Sumbar dengan Pimpinan wilayah DMI Sumbar tentang
program percepatan penurunan stunting berbasis masjid. Dari DMI langsung ditandatangani Ketua Pimpinan Wilayah, Prof. Dr. Duski Samad, M.Ag. (Hendri)