PADANG,Perkuliahan Budaya Minangkabau tahun semester 2023 Universitas PGRI Sumbar (Upgrisba) menghasilkan produk Talempong Digital sebagai luaran perkuliahan. Hal itu disampaikan oleh Dr.Zulfa M Pd, selaku ketua panitia Festival Budaya Minangkabau dan Ekspo Kewirausahaan yang digelar di aula Upgrisba Padang Kamis ini (4/1) sampai Jumat (5/1).
Kegiatan Festival penutupan kuliah ini merupakan agenda rutin setiap semester sebagai kegiatan penutupan kuliah sekaligus sebagai bentuk Ujian Akhir Semester (UAS). Acara dihadiri oleh Rektor Upgrisba Prof Dr. Ansofino, Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) Yayasan PGRI Sumbar Dasrizal M.Pd yang juga Caleg DPRRI, Para Wakil Rektor dan Dosen dosen Upgrisba khususnya dosen yang mengampu mata kuliah Budaya Minangkabau dan mahasiswa dari 21 kelas yang ambil mata kuliah Budaya Minangkabau.
Zulfa selanjutnya menyebutkan pada kegiatan perkuliahan ini selaian menghasilkan Talepong Digital, juga sebanyak 45 video Budaya Minang Kabau yang dibuat oleh mahasiswa secara berkelompok. Perkuliahan ini juga menghasilkan beberapa kelompok randai dan penampilnan kesenian masing masing kelas
“Kemampuan randai, seni budaya Minang seperti baralek gadang dan tari sampai silek ditampilkan dan dilombakan hari ini. Semoga dengan tampilan itu, mahasiswa kita menjadi generasi pewaris budaya kita” kata Zulfa
Rektor Ansofino dalam pidato nya mengucapkan terima kasih banyak atas keberhasilan perkuliahan yang telah melakukan digitalisasi talempong. “Dengan adanya produk Talempong Digital, saya ucapkan terima kasih banyak dan selamat, semoga untuk semester berikut ada produk budaya lainnya” kata Ansofino
Rektor selanjutnya menyarankan untuk kelanjutan digitalisasi seni budaya Minang seperti saluang dan rabab. “Setelah ini mungkin bisa saluang dan rabab didigitalkan” ujarnya.
Lebih lanjut Ansofino menguraikan 7 capaiaan dalam perkuliahan Budaya Minangkabau sebagai mata kuliah unggulan dan penciri di Upgrisba ke tujuh capaiaan itu adalah, orang Minang memiliki ketrampilan berdiplomasi, mereka Islam yang taat, mereka juga Demokrat sejati, perantau handal, cendikiawan yang mumpuni, entrepreneur yang sukses dan seniman yang alamiah petatah petitih.
Kemahiran berperpetatah dan berpetitih menjadi modal untuk menjadi diplomat yang piawai, begitu juga kemampuan lainya yang menjadikan orang Minangkabau terkemuka di nusantara ini. Potensi itu kita sadari haris dilestarikan dan diwariskan . Untuk itulah Upgrisba mempersiapkan generasi muda lulusannya untuk memiliki kemampuan mewariskan budaya,vmemelihara kelestarian budaya agar jangan hilang.
Ansofino menyatakan kekhawatiran nya melunturnya budaya Minangkabau di kota kota . Bahkan dia menyebut penilaian anak anak Minangkabau yang diaspora di luar negeri. “Anak anak Minang diaspora megkritik orang Minangkabau yang tidak memakai budaya nya. Ini harus menjadi acuan kita, maka perkuliahan ini menjadi sangat penting” ujarnya.
Dengan mengutip beberapa ungkapan dan pepatah, Rektor mengajak mahasiswa untuk membiasakan menggunakan budaya Minangkabau. “Cobalah praktekkan, budaya Minangkabau itu indah, nan kuriak adolah kundi, nan sirah adolah sago, indak baiak adolah budi, nan indah adolah baso” katanya.
Dosen Budaya Minangkabau hendaknya menguasai minimal satu jenis seni budaya Minangkabau, misalnya mahambuih saluang dan manggoa talempoang.
“Masing masing dosen setidaknya mampu pula memperhatikkan seni budaya, misalnya meniup saluang dan bansi” kata Rektor.
Setelah acara pembukaan termasuk sambutan dari ketua BPH Dasrizal, yang sedang berjuang meraih suara untuk DPR RI, kegiatan dilanjutkan dengan pemutaran 3 video terbaik, lomba video Budaya Minangkabau antar kelas.
Pada hari ini Festival akan menyelesaikan lomba seni budaya. Sebanyak 22 pagelaran akan tampil dan dinilai oleh tim juri yang terdiri dari DR.Bukhari Nurdin, Sri Mulyani M.Pd dan Ihsan M.Pd.
Pada hari ke 2 besok, Jumat (5/1) digelar lomba petatah petitih, pidato adat dan manampih bareh yang dirangkai dengan ekspo kewirausahaan (MK)