PAYAKUMBUH – Ketua DPRD Sumbar, Supardi mengatakan bahwa yang perlu diwaspadai dalam proses pembangunan SDM adalah penyakit candu, yang dalam hal ini banyak menjangkiti generasi muda.
Hal itu dikatakan Ketua DPRD Sumbar, Supardi saat Safari Ramadan di Masjid Baitul Karim, Kelurahan Padang Tangah, Payobadar, Kota Payakumbuh, Kamis (14/3).
“Penyakit candu menggerus kecerdasan otak,” kata Supardi.
Dalam banyak hal, kata Supardi, pemicu penyakit candu ini adalah narkotika. Malah kini katanya banyak remaja-remaja yang suka menghisap lem.
Tidak hanya itu, berkembangnya penyakit masyarakat yaitu Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) juga harus menjadi perhatian. Kemudian, penyakit candu yang sangat umum dan dekat adalah tidak bisanya terlepas dari gadget dalam kehidupan sehari-hari. Bahayanya adalah, penggunaan smartphone juga digunakan untuk melihat konten-konten porno.
Supardi menegaskan, sudah saatnya pemerintah daerah merancang ruang-ruang sebagai tempat berekspresi pemuda.
“Sekarang banyaknya hanya di kedai-kedai. Salah satu pusat kegiatan yang harus dibuka adalah mesjid, karena mesjid harus menjadi pusat pembinaan moral pada daerah sekitar,” ungkapnya.
Dia mengatakan, pembangunan SDM yang berkualitas merupakan salah satu fokus yang harus diwujudkan bersama-sama. Kemudian, menjaga adab dan moral pun harus dilakukan oleh generasi muda.
Supardi mengatakan pemerintah provinsi tengah fokus dalam menangani persoalan dan kasus-kasus yang berkaitan dengan moralitas. Meski lembaga pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi berkembang cukup pesat, namun belum menjamin bisa menciptakan moralitas yang baik.
“Untuk itu perlu keterlibatan seluruh pihak dalam melahirkan SDM yang lebih berkualitas,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Ketua DPRD Sumbar juga menyalurkan bantuan hibah untuk pengembangan pembangunan masjid senilai Rp.50 juta, ditambah dengan bantuan dari Bank Nagari Rp.10 juta, bantuan Al-Quran juga diberikan sebanyak 20 buah.
Sementara itu pengurus masjid Baitul Karim Adam mengatakan banyak fasilitas masjid masih kurang dan harus dilengkapi, salah satunya tempat berwudhu yang kurang representatif. Dewan kemakmuran terus berupaya untuk melengkapi sarana dalam kenyamanan jamaah beribadah, namun semua memiliki keterbatasan.