Orang Minangkabau tahu benar kalau Prabowo itu anak Prof Soemitro Djoyohadikusumo, pernah menjadi bagian diri orang Minang ketika memberontak melawan rejim Soekarno, karena Soemitro menjadi Menteri Ekonomi Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) bentukan Kolonel pendiri TKR di Padang, Kol.Ahmad Husen namanya. Soemitro itu kemudian menjadi Menteri Ekonomi selama Orde Baru sehingga disebut Begawan Ekonomi Indonesia, hebat sekali dia.
Jika ada yang bertanya, mengapa Prabowo disukai orang Minang Kabau ketika dia mencalonkan diri untuk jadi Presiden menggantikan Jokowi tahun 2019 lalu sehingga dia dipilih oleh 80 persen lebih dan sekarang tidak? itulah salah satu sebabnya. Sebab kedua yang paling dominan adalah orang Minangkabau tidak suka pemerintahan Jokowi yang tidak pro ulama dan Islam, mengadu domba sesama rakyat dengan menggunakan buzzer buzzer, apalagi melihat gaya pemerintahan Jokowi yang kekanak kanakan sehingga sebagai pemimpin dia tidak termasuk standar orang Minangkabau dengan 3 performa “tigo te” yaitu tokoh, takah dan tageh, ini dilihat ada di diri Prabowo waktu itu. Ya, bagi orang Minang jelang Pilpres 2019 lalu, Prabowo itu gagah (belum tengkak seperti sekarang), dia Jenderal mantan Kopassus, tegas dan memperlihatkan watak pemimpin yang disukai oleh Minang kabau apalagi suara menggelar manantang Rejim dan menyatakan memihak umat Islam, tentu saja sangat disukai orang Minang Kabau dia.
Disisi lain karena sistem politik yang mengakibatkan terbatasnya orang untuk mendapatkan “tiket” calon Presiden dan Prabowo satu satunya yang punya tiket, maka tak pelak orang Minang punya harapan besar kepada mantan menantu Soeharto itu.
Tapi setelah Pilpres Prabowo “dikalahkan”, orang Minang tahu itu curang dan Prabowo perkarakan di MK, tapi keok juga, orang berharap, Prabowo yang dicatat baik baik janjinya oleh Minangkabau akan timbul dan tenggelam bersama rakyat menjadi tokoh “perlawanan” kepada rejim Jokowi, dia diharapkan menjadi tokoh kririts dan mempergunakan pengaruhnya membantu umat Islam dan rakyat yang mendukung dia.
Ternyata Prabowo mendekat kepada Jokowi dan diberi jabatan menjadi Menhan, sehingga pandangan orang Minangkabau terhadap Prabowo terbelah tiga yaitu pertama, yang mendukung, yang memberikan kesempatan dan yang menentang dan menyebut Prabowo itu pengkhianat.
Yang mendukung, berprinsip dari pada tertelungkup biarlah tertelentang, maka Prabowo jadi Menhan tentu manjadi bahagian dari pemerintahan yang bisa membantu Jokowi membangun Indonesia, kelompok pertama ini paling banyak hanya 10 persen saja. Kelompok yang mendukung dan memberikan kesempatan berharap , Prabowo mendapat sebagian kecil kekuasaan Jokowi dan menggunakan kekuasan itu “mewarnai” pemerintahan Jokowi dengan warna oposisi sehingga dapat mengimbangi rejim Jokowi yang makin jauh dari umat Islam dan ulama ulama kritis.
Kelompok ketiga, adalah kelompok yang paling banyak,yaitu menentang Prabowo masuk kabinet dan menyimpulkan dia berkhianat dan haus kekuasaan. Kelompok ketiga inilah yang berkembang di diri orang Minangkabau bahkan kelompok kedua lebur bersaman kelompok ketiga.
Dalam situasi itu, kemunculan Anies Baswedan yang menjadi Gubernur fenomenal di DKI dengan kebijakan kebijakan dan programnya yang diketahui orang Minangkabau berhasil, tentu saja Prabowo ditinggalkan apalagi Prabowo didukung oleh Jokowi. Ketidak sukaan orang Minang ke Prabowo menjadi paripurna dengan dikondisikannya Gibran yang “kaciak anyia” menjadi Cawapres. Setidaknya uraian ringkas diatas, bisa jadi jawaban, mengapa dulu orang Minang Kabau pilih Prabowo, sekarang tidak dan pilih Anies Baswedan?
Tentang pendapat yang mengatakan Anies gagal di DKI itu, tidak ngaruh bagi orang Minangkabau, sebab orang Minangkabau itu tidak seperti katak dibawah tempurung. Mereka punya mata dan telinga di Jakarta itu lakek tangan Anies Baswedan disaksikan langsung orang Minang, kecuali nan pakak.
Performa Anies yang jauh lebih gagah daripada Prabowo yang sudah “ondo” menjadi harapan besar orang Minangkabau. Orang Minangkabau itu pintar, sehingga mereka bisa menakar dan membandingkan kecerdasan Anies dengan Prabowo , bak kata pepatah juga bahwa Anies itu memang benar benar cerdas dan pintar, sudah bergelanggang mata orang banyak, maka lengkap sudah kriteria pemimpin yang diharapkan itu, Anies Baswedan itu tokoh, dia takah dan dia juga tageh. Kalaupun Anies dikalahkan, orang Minangkabau tidak merasa kalah, mereka hanya mengalah semantara. (M.KHUDRI)