PADANG– Bencana banjir, banjir bandang, banjir lahar dingin, dan longsor yang melanda Sumatera Barat (Sumbar) telah merenggut 64 jiwa. Data ini berdasarkan informasi dari Disaster Victim Identification (DVI) Polri Sumbar per Kamis (16/5) pagi.
Jumlah korban meninggal masih bisa bertambah karena 5 orang masih belum teridentifikasi. Selain itu, 80 orang mengalami luka-luka, 23 orang dinyatakan hilang, dan 3.216 jiwa terpaksa mengungsi.
Pemerintah Provinsi Sumbar telah menetapkan status tanggap darurat dan membuka posko-posko penanganan bencana. Bantuan dari berbagai pihak mulai berdatangan, namun pakaian, kebutuhan bayi, perlengkapan mandi, salat, penerangan, dan air bersih menjadi kebutuhan paling mendesak saat ini.
Sekdaprov Sumbar, Hansasti mengatakan, bencana yang dihadapi Sumbar saat ini memang cukup parah. Selain, banjir, ada banjir bandang atau galodo, banjir lahar dingin dan longsor. Menghadapi kondisi ini, Pemprov Sumbar sudah menetapkan status tanggap darurat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumbar.
Menindaklanjuti penanganan di masa tanggap darurat ini, Pemprov Sumbar membentuk pos-pos penanganan bencana, dengan posko utama berada di Kantor BPBD Sumbar di Jalan Sudirman Padang. “Untuk penanganan bencana ini, melalui posko-posko komando BPBD Sumbar selalu koordinasi dengan berbagai pihak sesuai tugasnya. Di tingkat Provinsi Sumbar, setiap hari lakukan pertemuan untuk meng-update dan upgrade langkah yang akan dilaksanakan dan yang telah terlaksana,” terangnya.
Posko utama di Kantor BPBD Sumbar ini, terang Hansastri selain pusat komando penanganan bencana, juga berfungsi sebagai tempat menerima bantuan dari segala pihak, baik dari instansi, perusahaan dan masyarakat. Selain itu juga menerima bantuan dalam bentuk tunai yang akan disalurkan kepada korban banjir bandang, longsor, melalui nomor rekening Bank Nagari Syariah.
Beberapa bantuan sudah mulai masuk melalui posko utama. Hansastri mengungkapkan bantuan tersebut di antaranya dari Hotel Balairung berupa bantuan mie instan, air mineral dan makanan lainnya. Juga aba bantuan dari PT Incasi Raya berupa beras, mie instan dan minyak goreng yang nilainya mencapai Rp200 juta.
Selain itu juga ada bantuan dari Injourney sebesar Rp500 juta dan dari BTN sebesar Rp200 juta dalam bentuk barang. Juga ada bantuan dari Pemprov Riau. “Kami menghimbau semua pihak. Baik instansi, perusahaaan, pribadi, perantau ikut meringankan penderitaan korban untuk ikut memberikan bantuan,” imbaunya.
Hansastri mengatakan, saat ini Pemprov Sumbar sedang melakukan inventarisir dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana. Data sementara, rumah warga yang terdampak bencana mencapai 570 unit, tempat ibadah (24 unit), sekolah (4 unit), sarana dan prasarana kesehatan (2 unit), warung (20 unit), jembatan (44 unit), jalan (122 meter), irigasi (78 meter), sawah (536 hektar) dan kolam tambak (6 hektar). “Data ini juga masih bisa berkembang nantinya,” terangnya.
Hansastri juga menyampaikan perkembangan terakhir di lapangan, bahwa untuk kebutuhan logistik dan makanan kepada korban bencana sudah mencukupi. Baik yang ada di posko-posko maupun maupun posko utama provinsi.
Namun, yang dibutuhkan korban bencana sekarang yang sangat mendesak berupa pakaian. Karena korban yang rumahnya hilang dan hanyut tidak sempat membawa pakaiannya. Hanya pakaian yang ada di badan. Termasuk juga kebutuhan bayi dan pakaian dalam, perlengkapan mandi, salat, baby kit dan kitchen kit. Termasuk juga penerangan berupa lampu emergency. Namun, yang paling penting saat ini adalah kebutuhan air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan korban bencana, saat ini sudah didirikan posko dan dapur umum, baik oleh berbagai pihak seperti pemerintah kabupaten kota, BNPB, Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Termasuk juga Pemprov Sumbar.