Opini  

Mencari Validasi atau Depresi? Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental Gen Z

Nama : Safira Nabila

NIM : 2310863053

Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas

 

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Salah satu aspek teknologi yang semakin populer adalah media sosial. Media sosial memungkinkan kita untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan bahkan orang asing di seluruh dunia.

Namun, tidak semua efek media sosial adalah positif. Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang dampak media sosial pada kesehatan mental generasi Z (Gen Z).

1. Perkembangan Media Sosial pada Gen Z Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi digital baik-baik saja. Mereka lahir dan dibesarkan di era di mana media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mereka adalah pengguna paling aktif di platform tersebut, dengan menghabiskan sekitar 9 jam online setiap hari.

2. Keinginan Validasi di Media Sosial Salah satu dampak yang signifikan dari media sosial pada kesehatan mental Gen Z adalah keinginan untuk mendapatkan validasi dari orang lain.

Gen Z seringkali menggunakan media sosial untuk mengekspresikan diri mereka dan mendapatkan perhatian serta pengakuan dari orang lain. Dalam sebuah studi, sekitar 50% Gen Z mengatakan mereka merasa lebih percaya diri setelah mendapatkan pujian atau perhatian di media sosial. Namun, ketika mereka tidak mendapatkan reaksi yang mereka harapkan atau mereka dibandingkan dengan orang lain yang tampaknya lebih sukses atau bahagia, hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Mereka kemudian merasa rendah diri, tidak berharga, dan cenderung mengalami kecemasan dan depresi.

3. Peluang Cyberbullying dan Penyalahgunaan Media sosial juga membuka pintu bagi peluang cyberbullying, terutama di kalangan Gen Z. Anonimitas yang ditawarkan oleh media sosial memungkinkan orang-orang untuk secara mudah menyebarkan kebencian dan penghinaan secara online. Ironisnya, penyalahgunaan media sosial ini sering kali dilakukan oleh teman sebaya mereka sendiri. Tindakan seperti ini dapat memiliki dampak yang merugikan pada kesehatan mental Gen Z, meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.

4. Pemahaman yang Salah tentang Kehidupan Media sosial seringkali hanya menampilkan sisi yang terbaik dari kehidupan orang lain. Gen Z seringkali terpapar pada gambar dan cerita yang menunjukkan kehidupan yang “sempurna” dari orang lain. Hal ini dapat menciptakan perasaan tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri, dan mendorong mereka membuat perbandingan tidak sehat dengan orang lain. Mereka seringkali merasa seperti mereka harus hidup tanpa cela dan terus berusaha untuk mencapai standar yang semu tersebut. Dampaknya, ini bisa menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres berlebih pada Gen Z.

5. Ketergantungan pada Media Sosial Media sosial juga dapat menyebabkan ketergantungan pada Gen Z. Mereka merasa perlu untuk selalu online dan memeriksa media sosial mereka setiap saat agar tidak ketinggalan informasi atau menghindari rasa takut terlewatkan. Dengan terjebak dalam siklus ini, mereka tidak lagi fokus pada kehidupan nyata mereka. Ketika ketergantungan semacam ini terjadi, Gen Z dapat mengalami gangguan tidur, penurunan konsentrasi, dan kehilangan minat pada hal-hal di luar media sosial. Media sosial telah memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental generasi Z.

Keinginan untuk mendapatkan validasi, peluang cyberbullying, pemahaman yang salah tentang kehidupan, dan ketergantungan pada media sosial adalah beberapa dampak negatif yang patut diperhatikan. Penting bagi orang tua dan masyarakat secara keseluruhan untuk lebih memahami dampak media sosial pada kesehatan mental Gen Z dan membantu mereka mengatasi tantangan ini.