Batusangkar – Kebijakan dan mitigasi bencana pada Pemkab disampaikan dihadapan 891 orang wisudawan UNP, Selasa (2/7). Bupati Tanah Datar Eka Putra menyampaikannya saat orasi ilmiah di auditorium kampusnya.
“Saya sangat bangga bisa berdiri dihadapan orang-orang hebat di Sumatera Barat, walaupun perjuangan saya kesini cukup berat pasca terjadinya bencana alam banjir bandang yang melanda Tanah Datar pada tanggal 11 Mei lalu,” kata Bupati.
Dikatakannya, kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang memiliki keindahan dan kesuburan tanah sangat luar biasa, karena dikelilingi empat gunung yaitu gunung Marapi, Singgalang, Tandikek dan gunung Sago.
“Ini semua adalah anugerah yang sangat luar biasa dari Allah, karena dengan adanya empat gunung tersebut Tanah Datar memiliki keindahan alam dan tanah yang sangat subur. Selain itu, dari gunung tersebut juga mengalir sungai-sungai yang tentunya menambah keindahan alamnya,” katanya.
Tanpa diduga, lanjutnya, hari itu datang bencana galodo yang lebih kurang menghanyutkan 200 rumah warga kami. Dan, korban meninggal sebanyak 42 orang yang 10 diantaranya sampai hari ini tidak bisa kami temukan jasadnya, namun alhamdulillah pihak keluarga sudah mengikhlaskannya,” katanya.
Eka Putra mengatakan waktu terjadinya bencana di Tanah Datar seperti kalah perang, semuanya porak-poranda diterjang banjir bandang, jembatan rusak, sawah-sawah hancur dan kerugian materiil seperti hewan ternak, kendaraan dan yang lainnya juga tak terhitung banyaknya.
“Saya berpikir dalam hati, apakah ini hukuman dari Allah kepada Kabupaten Tanah Datar, ternyata bukan. Saat itulah saya diuji sebagai pemimpin di kabupaten ini, sanggupkah saya, kuatkah saya untuk menghadapi kondisi yang saat itu seperti kalah perang. Ternyata, jawabannya kita harus ikhlas menerima cobaan yang diberikan oleh Allah, SWT. pada kita. Dengan keikhlasan akan datang kekuatan untuk menghadapi cobaan itu semua,” ungkap Bupati.
Disampaikannya, untuk kembali membangun Tanah Datar yang telah hancur akibat bencana, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan normalisasi sungai, membangun kembali jembatan dengan dibantu BNPB melalui TNI sebanyak 8 unit jembatan bailey dan juga membentuk tim ekspedisi untuk menelusuri sungai batang Sigarunggung guna membersihkan material yang menghambat arus sungai.
Tidak itu saja, jelas Bupati Eka, untuk mengantisipasi terjadinya bencana yang sama, pemerintah daerah dibantu oleh pemerintah pusat juga segera membangun sabo dam di 20 sungai yang berhulu dari gunung Marapi dan gunung lainnya. Dan untuk antisipasi juga dibangun Early Warning System (EWS) sebagai sarana peringatan dini kepada masyarakat apabila debit air naik.
“Alhamdulillah, saat ini kami dibantu oleh pemerintah pusat dengan 56 unit sabo dam yang akan dipasang di sungai-sungai yang mengalir dari Gunung Merapi dan gunung lainnya. Langkah terakhir yang kami lakukan adalah menyiapkan lahan dan rumah, untuk relokasi warga yang tinggal di zona merah,” ujarnya.
Diakhir orasinya, Bupati berpesan kepada seluruh wisudawan dan wisudawati agar jangan pernah menyerah untuk melanjutkan kehidupan. (ydi)