Mahasiswa Demo Polda, Tuntut Tuntaskan Kasus Afif dan Curanmor di Kampus

PADANG – Seratusan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi BEM Sumatera Barat mendatangi Mapolda Sumbar, Kamis (4/7). Kedatangan mahasiswa itu menuntut kinerja kepolisian Sumatera Barat lebih profesional.

Pantauan di lapangan terlihat mahasiswa melakukan orasi, aksi teatrikal dan puisi secara bergantian. Selain itu mahasiswa juga membawa spanduk yang bertuliskan tuntutannya dan memasang di pagar Mapolda Sumbar.

Aksi ini sempat ricuh, ketika mahasiswa ingin masuk ke dalam Polda Sumbar untuk bertemu langsung Kapolda. Namun, permintaan mahasiswa tidak digubris, hanya Karo Ops, Kombes Pol Djadjuli Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Sulistyawan dan Wakapolresta Padang AKBP Rully Indra Wijayanto yang hadir menemui mahasiswa yang berada di luar pagar.

Pada saat itu mahasiswa tidak menerima pernyataan dari tiga perwakilan Polda Sumbar. Mahasiswa tetap ngotot untuk masuk ke dalam untuk menemui Kapolda.

“Kami hanya ingin bertemu kapolda, bapak-bapak silakan masuk saja ke dalam. Kalau tidak kami yang masuk ke dalam, kami tidak ada membawa senjata tajam. Ayo kawan-kawan semua, angkat tangannya untuk memastikan kalau kita tidak bawa senjata tajam,” kata salah seorang mahasiswa.

Presiden BEM Unand Firdaus, mengatakan, pihaknya menuntut Polda Sumbar untuk mengusut tuntas secara terang berderang terkait kasus kematian Afif Maulana.

“Kami kesini datang tidak tangan kosong, kami membawa kajian dan tuntutan serta rekomendasi untuk evaluasi kinerja kepolisian,” kata Firdaus.

Firdaus mengatakan, untuk kasus Afif Maulana, banyak sekali kejanggalan terjadi, seperti pengakuan dari kapolda, dia mengatakan kalau Afif bunuh diri terjun ke sungai.

“Banyak kejanggalan, kita mengevaluasi kinerja kepolisian dan aksi kekerasan polisi kepada rakyat masih terus dilakukan untuk dipaksa mengaku bersalah,” tambahnya.

Selain fokus pada kasus penyiksaan yang terjadi, aliansi BEM Sumbar ini juga fokus pada pengungkapan kasus pencurian sepeda motor yang terjadi di Sumbar.

“Banyak kasus kehilangan motor dari kawan kawan kita yang ada di kampus. Laporannya hingga 3-4 bulan tidak ada perkembangan, motornya belum kembali apalagi pelakunya,” unarnya.

“Yang menjadi tanda tanya besar bagi kita, polri atau Polda Sumbar sebagaimana tugasnya, apa betul betul bekerja sesuai dengan yang kita harapkan,” kata dia.

Aksi mahasiswa ini hampir dibubarkan paksa oleh Polda Sumbar, mengingat jam aksi hingga pukul 18.00 WIB yang diperbolehkan. Pada saat itu, seratusan mahasiswa membubarkan diri.

Menjelang bubar, mahasiswa memberikan pernyataan sikap. “Kami kecewa kepada kapolda yang tidak mau turun menemui mahasiswa. Polisi itu mengayomi masyarakat, tapi ini tidak ada,” tutupnya. (der)