Hendri Nova
Wartawan Topsatu.com
Rinai turun di Pelabuhan Siberut Kepulauan Mentawai, mengiringi kedatangan KM Sabuk Nusantara (Sanus) 68. Perlahan kapal merapat ke dermaga, diiringi petugas dermaga yang berlarian di tengah rintik hujan.
Setelah kapal bersandar dengan baik, satu persatu penumpang turun dengan melindungi kepala dengan benda apa saja, dari dampak terkena langsung rintik hujan. Hanya beberapa gelintir penumpang saja yang turun dengan payung.
Penumpang yang telah selesai mengambil barang bawaannya, segera berlari-lari kecil mencari tempat yang teduh. Mereka kemudian sibuk menghubungi keluarganya melalui panggilan telepon atau sekedar berkirim pesan dari aplikasi di media sosial, agar segera dijemput di dermaga.
Sementara itu, anak buah kapal tampak kembali sibuk, setelah semua penumpang tujuan Siberut turun. Anak buah kapal dengan gerak cepat membersihkan kursi dan ruangan yang akan ditempati warga Siberut yang ingin ke Tua Pejat sampai yang ingin ke pulang ke Padang melalui Teluk Bayur.
KM Sanus 68 memang memulai rute perjalanannya dari Teluk Bayur – Labuhan Bajau – Sikabaluan – Muara Saibi – Siberut – Mabukkuk – Tua Pejat – Penasahan – Teluk Bayur. Warga Kepulauan Mentawai harus menyesuaikan diri dengan jadwal KM Sanus 68 yang berlayar menuju daerah mereka yang memang masuk ke dalam daerah kategori tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP).
“Saya selalu menunggu KM Sanus 68 karena alasan ongkos yang murah. Bagi kita para pedagang, biaya yang dikeluarkan sangat terikat dengan harga barang. Makin mahal ongkos, maka harga barang yang kita jual akan terkena imbas,” kata Ruli, salah seorang pedagang di Pulau Siberut.
Ia mengatakan, dari Siberut ia membawa hasil bumi yang bisa dijual di Kota Padang. Baik berupa rempah-rempah, ikan kering, maupun pesanan spesial pelanggan lainnya.
“Bagi mitra dagang saya yang ingin membeli sagu khas Siberut, atau membeli talas kualitas tinggi asal Mentawai, mereka tinggal kirim pesan sama saya, nanti akan saya belikan di sini. Begitu saya belanja barang ke Padang sambil silaturrahmi dengan keluarga, saya bisa membawakan pulang pesanan mereka sekalian,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Meri, pedagang lainnya. Sejak ada KM Sanus 68, dia lebih senang belanja langsung ke Padang, ketimbang minta dikirimkan saja.