Padang  

Sampah yang Kini Tak Lagi Dipandang sebagai ‘Sampah’

PADANG – Sampah bagi warga di perumahan Villa Anggrek Air Dingin Kota Padang kini tak lagi bernilai sebagai ‘sampah’ dalam arti sebenarnya, yakni barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Semenjak sosialisasi dan edukasi yang diberikan oleh salah seorang pengurus Forsepsi (Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia) Kota Padang yang merupakan perhimpunan bank sampah unit binaan PT Pegadaian, ibu-ibu di perumahan tersebut mulai memilah-milah sampah dengan harapan dapat dikonversi menjadi emas. Sampah kini tak lagi dipandang sebagai barang buangan, tapi bernilai ‘emas’.

Perumahan itu, yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Kota Padang, selama ini warganya hanya mengumpulkan sampah dan dibuang untuk selanjutnya diangkut oleh petugas ke TPA. Padahal, itu hanya menambah timbunan sampah di TPA yang semakin hari semakin terbatas daya tampungnya.

Vera dari Forsepsi yang juga salah seorang pengurus Bank Sampah Induk Panca Daya Kuranji saat datang ke Villa Anggrek beberapa waktu lalu mengatakan, Forsepsi sengaja melakukan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat agar menyadari betapa pentingnya memilah sampah bagi lingkungan dan diri sendiri. Sejauh ini menurutnya. sudah ada sekitar 72 bank sampah yang terbentuk di Kota Padang. Dari jumlah itu, 48 bank sampah berada di bawah binaan Panca Daya dan Pegadaian. Jika mengacu pada instruksi Walikota Padang pada September 2023, diharapkan sudah ada satu bank sampah untuk setiap satu RW di Kota Padang. Jumlah yang masih jauh dari yang diharapkan, karena ada lebih dari 800 RW di Kota Padang.

Diakuinya, kesadaran warga untuk memilah sampah saat ini masih kurang. Bisa dilihat dari tingginya volume sampah yang diangkut ke TPA serta masih banyak sampah-sampah yang berserakan di pinggir-pinggir jalan. “Kita berusaha mengajak masyarakat untuk memilah sampah dari sumbernya sendiri, yaitu rumah tangga,” ujarnya.

Sebagai dampak dari edukasi tersebut, saat ini sudah terbentuk Bank Sampah Berkah yang menghimpun sampah-sampah dari anggota. Namun, seperti di tempat-tempat lain, usaha untuk memilah butuh kerja keras dari pengurus. Sebagian warga masih suka untuk mengumpulkan sampah dan menyerahkannya ke petugas angkut. Alasannya sederhana, tidak ingin menumpuk sampah yang membuat rumah terkesan tidak rapi. Dari ratusan keluarga, baru terhimpun 29 anggota yang diketuai oleh Bunda Meti. Namun, Meti optimis, anggota akan semakin bertambah ke depan.

Melihat persoalan sampah yang semakin menjadi persoalan serius, terutama di perkotaan, ia memandang perlu agar bank sampah ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi volume sampah ke TPA. Karena dari sejumlah kejadian di daerah lain, sampah-sampah yang tidak dibuang dan diolah dengan baik bisa saja menyebabkan bencana. Apalagi di Kota Padang, sampah menjadi masalah yang mendesak untuk ditangani secara bijaksana mengingat jumlah sampah yang dihasilkan bisa mencapai ratusan ton per hari.

Karena itu, salah satu solusi adalah dengan melakukan daur ulang pada sampah-sampah anorganik. Saat ini, pengelolaan sampah anorganik di Bank Sampah Berkah dilakukan secara sederhana, yaitu dipilah oleh anggota, ditimbang dan dibawa ke pengumpul untuk dijual dan nantinya dikonversi menjadi emas. Sementara, bagi masyarakat sekitar yang tidak tergabung dalam bank sampah, sampah-sampah anorganiknya hanya dikumpulkan, diangkut oleh petugas sampah perumahan untuk kemudian dibuang ke TPA. Beberapa memang sudah ada yang melakukan daur ulang, tapi hanya untuk kepentingan sendiri atau belum komersil.

Program Memilah Sampah Menabung Emas (MSME) atau Bank Sampah The Gade Clean and Gold sendiri merupakan adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pegadaian sejak tahun 2018 untuk mengajak masyarakat untuk memilah sampah dan menabung emas. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli pada lingkungan dan mengatasi masalah sampah. Di samping peduli lingkungan, program itu juga memberi manfaat finansial bagi masyarakat. Lewat program ini, PT Pegadaian mengajak masyarakat untuk menyulap sampah rumah tangga menjadi tabungan emas melalui bank sampah.

Hingga akhir Desember 2023, program Bank Sampah The Gade Clean and Gold Pegadaian telah mengumpulkan emas hingga mencapai 5 kilogram atau setara dengan Rp5 miliar dalam bentuk tabungan emas. Menurut Direktur Jaringan Operasi dan Penjualan Pegadaian, Eka Febriansyah, program yang mengimplementasikan environmental, social, and corporate governance tersebut, tak hanya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya pengelolaan lingkungan, tapi juga untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Lebih dari seabad berkontribusi untuk Indonesia, Pegadaian tak lagi hanya menjadi tempat mengadu bagi yang terdesak masalah keuangan, tapi juga ‘menyelesaikan masalah tanpa masalah’ tapi juga mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sekaligus menjawab kebutuhan investasi masyarakat. (Melda Riani)