Padang – Calon Walikota (Cawako) Kota Padang, M.Iqbal bertekad akan mengembalikan marwah Kota Padang sebagai kota pendidikan. Hal ini diungkapkannya saat berkunjung ke ruangan redaksi Harian Singgalang, Rabu (2/10).
Ia bertekad akan menghapuskan sistem zonasi, sebagai biang kerok banyak anak putus sekolah. Ia pun juga akan menghapuskan kewajiban membeli uang seragam, dengan memberikan kartu pintar untuk setiap siswa.
“Jadi kartu pintar ini berisi uang yang bisa mereka belanjakan membeli seragam, pada toko-toko atau UMKM-UMKM yang telah kita bermitra dengan kita. Jadi tak ada istilah monopoli lagi dan setiap murid baru, bisa punya seragam baru,” katanya.
Memang tak bisa dipungkuri, pada setiap tahun ajaran baru, tetap saja ada siswa yang tidak sanggup membeli seragam. Mereka ada yang membeli pakaian bekas dari senior mereka, karena orang tuanya saat itu tidak memiliki uang.
“Rata-rata uang yang dikeluarkan setiap orang tua untuk membeli seragam baru di tahun ajaran baru, selalu di atas satu juta. Jadi ini kita akan atasi dengan kartu pintar,” ucapnya.
Selain itu, Iqbal juga menjanjikan penghapusan uang komite, LKS, dan pungutan liar lainnya. Ia berharap, dengan ketentuan ini, Padang akan kembali menjadi magnet pendidikan di Sumatera Barat khususnya, dan Sumatera umumnya.
“Dulunya banyak anak-anak dari Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara, dan lainnya yang sekolah di Padang. Sekarang jumlahnya semakin berkurang, karena pungli yang dilakukan pihak sekolah sangat memberatkan,” ungkapnya.
Terkait masalah tawuran, menurutnya karena tidak adanya tempat generasi muda untuk menyalurkan energinya yang berlebih. Oleh karena itu, pihaknya akan membangun banyak tempat untuk anak muda berkreasi dengan hal-hal positif.
“Air tergenang itu memang bisa menimbulkan bau busuk. Begitu juga dengan energi yang tak tersalurkan, maka ia akan menjelma jadi energi negatif,” tuturnya.
Terkait isu-isu miring yang ditimpakan pada dirinya, baik isu putra daerah atau lainnya, menurutnya sudah tak relevan untuk pemilih Kota Padang yang sangat cerdas. Mereka bisa melihat, memang tidak ada calon yang murni asli putra daerah.
“Padang ini kota rantau. Semua kita pendatang di sini dan sangat heterogen. Pemikiran masyarakatnya sangat kritis, baik di tingkat lapau maupun tingkat akademisi,” tuturnya.
Ia sendiri mengaku sangat terbuka untuk berdialog terbuka dengan siapa saja. Sebagai seorang dosen, jubir PKS tingkat nasional, dan sering jadi pembicara di acara-acara dialog nasional, ia cukup amunisi untuk diadu. (by)