Pertamina Bergerak Cepat Mengikis Jarak, Energi Tetap Mengalir ke Negeri Bencana

Tim PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut meninjau lokasi bencana di Kabupaten Agam.(IST)

Malam yang tenang di Kawasan Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Sabtu, 11 Mei 2024 berubah menjadi malam yang mengerikan. Air Sungai Batang Anai yang mengalir di sana mengamuk, menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Tak hanya bangunan, tapi juga jalan utama jalur lalu lintas antar daerah di Sumatra Barat.

Jalan amblas, memutus hubungan antar daerah. Sungguh tak ada yang menyangka, jalan negara itu rusak parah di terjang ganasnya air sungai akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi yang telah meletus sejak Desember 2023.

Semua orang kaget, tak terkecuali jajaran PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Utara (Sumbagut) yang membawahi wilayah kerja Sumatra Barat. Betapa tidak, jalan itu merupakan jalan utama distribusi bahan bakar minyak (BBM) ke sejumlah daerah di provinsi yang juga dikenal dengan istilah Ranah Minang ini.

EGM PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Freddi Anwar saat melihat data kerusakan, korban dan kerugian akibat bencana alam banjir lahar dingin di Kabupaten Agam. (Ist)
EGM PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Freddi Anwar saat melihat data kerusakan, korban dan kerugian akibat bencana alam banjir lahar dingin di Kabupaten Agam. (Ist)

Ada sejumlah daerah yang jalur distribusi BBM-nya melintasi kawasan tersebut, seperti Kota Bukittinggi, Padang Panjang, Tanah Datar, Payakumbuh, Limapuluh Kota, dan Kabupaten Pasaman yang berbatasan dengan Sumatra Utara. Payakumbuh dan Limapuluh Kota sendiri berdekatan dengan Provinsi Riau.

“Kami sempat berpikir keras dan sedikit putar otak agar distribusi BBM tetap aman dan lancar ke masyarakat saat bencana banjir lahar dingin itu melanda,” cerita Executive General Manager (EGM) PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Freddy Anwar pada sebuah acara di Padang 1 Agustus 2024 lalu.

Apa yang disampaikan EGM sangat wajar. Apalagi di saat bersamaan, Jalan Negara lainnya, yaitu Jalan Padang-Solok via Sitinjau Laut yang juga menjadi jalan utama ke banyak daerah di Sumatra Barat dan provinsi tetangga, juga longsor dan dipadati kendaraan yang merayap pelan.

Tentu sangat sulit bagi truk tanki BBM untuk menyalurkan BBM dengan cepat, bila jalur ini dipilih untuk memasok BBM ke daerah terdampak banjir lahar dingin di Tanah Datar, Kabupaten Agam dan sekitarnya.

Pilihan jalur ini juga tak efektif mengingat jarak tempuh dari IT Teluk Kabung ke SPBU-SPBU di sekitar area bencana menjadi lebih panjang. Jarak Kota Padang ke Kota Payakumbuh berdasarkan data Dinas Perhubungan Sumatra Barat yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 9 Januari 2024 mencapai 124 Km. Itu hitungan normal dengan melintasi jalan Lembah Anai. Tentu berbeda bila melintasi Jalan Sitinjau Laut yang lebih berkelok dengan tanjakan lebih tajam. Belum lagi, ke Limapuluh Kota yang jaraknya lebih jauh lagi.

Selain itu, Jalan Alternatif Padang – Bukittinggi via Malalak juga mengalami longsor. Menempuh jalur ini, juga jauh lebih lama, karena jarak yang cukup jauh, lebar jalan yang lebih kecil dari jalur utama serta diperparah dengan kondisi jalan berlobang yang banyak.

Namun, jajaran PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut tentu tak putus asa. Bahu membahu mereka mengatasi persoalan yang ada, sehingga kala itu, tak perlu waktu lama bagi mereka mencarikan solusi pendistribusian BBM dan energi lainnya ke lokasi bencana.

Minggu, 12 Mei 2024 atau hanya selang beberapa jam setelah banjir lahar dingin Marapi yang melanda sekira pukul 22.20 WIB Sabtu, skema alternatif rute mobil tanki mulai dioperasionalkan. Pasokan BBM yang semula berasal dari Integrated Terminal (IT) Teluk Kabung, Padang, Sumatra Barat dialihkan ke beberapa fuel terminal dan integrated terminal di provinsi tetangga, diantaranya Fuel Terminal Sei Siak dan Integrated Terminal (IT) Dumai di Provinsi Riau.