BBM Satu Harga Mendongkrak Ekonomi, Wujudkan Kedaulatan Energi di Daerah 3T

Peresmian 7 Lembaga Penyalur BBM Satu Harga Klaster Sumatra di IT Teluk Kabung oleh Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman dan Harya Adityawarman bersama Direktur Pemasaran Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, Rabu (30/10) ditandai dengan penandatangan prasasti. (yuni)

 

Oleh Yuniar
Wartawan www.topsatu.com

PADANG- “BBM Satu Harga adalah wujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kami pasti akan merasakan manfaat yang sebesar-besarnya,” kata Pj Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai, Fernando Jongguran Simanjuntak.

Hal itu diungkapkannya saat memberikan sambutan pada peresmian Tujuh Lembaga Penyalur BBM Satu Harga Klaster Sumatra di Integrated Terminal (IT) Teluk Kabung, Padang, Sumatra Barat, Rabu (30/10/2024) pagi menjelang siang.

Hari itu akan diresmikan operasional satu lembaga penyalur BBM Satu Harga di Kabupaten Kepulauan Mentawai, tepatnya di daerah Pagai Selatan yang berjarak sekitar 280 km dari Padang, ibukota Provinsi Sumatra Barat. Peresmiannya bersamaan dengan 6 lembaga penyalur lainnya di klaster Sumatra.

Sebagai orang yang berpengalaman tinggal di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), dia mengakui sulitnya membeli bahan bakar minyak. “Sudahlah mahal, barangnya langka, dan kualitas BBM-nya juga meragukan,” ceritanya.

Dia berkisah, saat bertugas di Palmapak, Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau tahun 2008 lalu, dia pernah membeli bensin seharga Rp31 ribu per liter. Harga yang tentu tak masuk akal saat di daerah daratan harga BBM masih berkisar pada harga Rp5.500 hingga Rp6.000 per liternya. Pada 25 Mei 2008, pemerintah seperti dikutip dari website Badan Kebijakan Fiskal, pernah menaikkan harga bensin menjadi Rp6.000 per liter. Kemudian pada 1 Desember 2008 turun ke angka Rp5.500 per liter. “Itu dengan harga mahal, BBM juga belum tentu ada,” tuturnya.

Tingginya harga BBM di daerah 3T katanya membuat daya saing rendah. Saat membuat suatu produk, cost atau biaya yang harus dikeluarkan sangat tinggi, tentu imbasnya harga jual juga harus tinggi. Akibatnya, produk mereka bisa kalah bersaing dengan produk lain yang serupa.

Fernando mencontohkan pada Kopra yang dihasilkan petani Mentawai. Hasil yang diperoleh petani setempat hanya Rp4.000/kg, sedangkan petani di luar daerah 3T bisa mendapatkan hasil hingga Rp9.000/kg. “Hasil yang petani kita dapatkan sudah terpotong biaya,” jelasnya.

Makanya, dia bersama warga siap mendukung kehadiran lembaga penyalur BBM Satu Harga di Pagai Selatan. Apalagi di Pagai Selaran, memang belum ada lembaga penyalur BBM. “Kami menyambut gembira program ini. Dari rencana tiga lembaga penyalur, sekarang satu sudah selesai, dua lagi sedang dalam proses. Mudah-mudahan, Desember 2024 dua lagi sudah bisa operasi,” harapnya.

Data dari PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatra Bagian Utara (Sumbagut) seperti yang disampaikan Sales Area Manager Retail Sumatra Barat, Narotama Aulia Fazri, saat ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai, sudah ada tujuh lembaga penyalur BBM, yaitu masing-masing satu di Siberut Utara, Siberut Selatan, Siberut Barat Daya, Sipora Selatan dan Pagai Utara. Dua lagi di Sipora Utara. “Dengan penambahan satu lembaga penyalur di Pagai Selatan, maka di sana kini ada delapan lembaga penyalur,” ujarnya.

Jarak antar pulau di Mentawai saja sangat panjang dan hanya kapal mesin tempel sebagai transportasi antar pulau tersebut Jarak Bulasat sebagai ibukota Kecamatan Pagai Selatan ke Tua Peijat, ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 19 Maret 2024 mencapai 154 km. Sungguh jarak yang tak pendek. Bayangkan, bila warga Pagai Selatan harus membeli BBM ke Tua Peijat atau daerah lainnya yang sudah memiliki lembaga penyalur, tentu biaya yang mesti dikeluarkan menjadi sangat besar.