Padang – Sangat mengejutkan, sebuah hasil survei menurut Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berancana (DP3AP2KB) Sumbar, Sufnawita Yusuf, menunjukkan pelaku kekerasan itu juga banyak dilakukan anak perempuan. Bahkan angkanya di atas 80 persen, dilakukan oleh teman sebaya.
Banyak video beredar di media sosial, adanya sekolompok perempuan yang melakukan tindak kejahatan pada perempuan lainnya. Bahkan tindak kekerasan yang juga menyasar fisik itu, berada di luar dugaan masyarakat jika perempuan tersebut tega untuk melakukannya.
“Seringkali semua bermula dari cekcok mulut, saling menghina, lalu terjadilah serangan fisik secara keroyokan,” katanya, saat memberikan materi sosialisasi mengenai dampak dan bahaya bullying, tawuran, dan KBO terhadap siswa di Sumbar, di SMAN 1 Padang, Senin (25/11).
Ia mengatakan, penggunaan kata ‘Njir’ yang merupakan plesetan dari kata ‘anjing’ juga merupakan bentuk penghinaan. Walau telah menjadi bahasa gaul sehari-hari, orang yang tahu maksud plesetan itu, jelas tidak akan terima dirinya disebut anjing.
“Pembulian itu juga macam-macam jenisnya. Maka dari itu, semua jenis pembulian harus diwaspadai karena ada potensi korbannya suatu saat bisa jadi pelaku, makanya perlu diawasi,” tambahnya.
Sementara Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA ) Sumbar, Paryono mengatakan, sosialisasi ini diadakan karena maraknya situasi dan kondisi anak-anak sekarang yang melakukan bullying, tawuran, dan kekerasan berbasis online. Maka dari itu, DP3AP2KB Sumbar melalui UPTD dengan program Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) melakukan sosialisasi kepada para siswa.
“Kita menghadirkan narasumber dari pihak sekolah, dari kepolisian, Kementerian Agama, dan psikolog. Artinya kita berkolaborasi agar pesan yang kita ingin sampaikan itu, betul-betul sampai kepada anak-anak kita, kepada guru, dan kepada orangtua,” katanya.
Ia mengatakan, kondisi saat ini menyatakan bahwa anak-anak itu lebih banyak berinteraksi dengan guru, dibanding dengan orangtuanya. Maka dari itu, anak-anak diberikan masukan dari berbagai disiplin ilmu, yakni agama, hukum, dan juga psikologinya.
“Kita menghadirkan narasumber dari DP3AP2KB Sumbar, Psikolog Neny Andriani, dari Polda Sumbar, Afrizal Syah, dan dari Kementerian Agama Sumbar, Jonifer Ara. Setidaknya ada perwakilan dari 10 sekolah yang diundang hadir dalam acara,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, banyak kasus yang terjadi, efeknya dari fisik, sampai ke psikologis anak dan ada yang sampai bermasalah dengan hukum. Jadi sebelum sampai sengketa di ranah hukum, diharapkan siraman rohani, bisa makin menenangkan anak-anak.
“Tawuran yang dilakukan anak-anak, kadang sudah menjurus pada tindakan kriminal, bukan tawuran biasa. Mereka memakai senjata tajam yang bisa mengancam nyawa korbannya,” ungkapnya.
Menurutnya, anak-anak yang terlibat prilaku bullying dan tawuran, biasanya terjadi pada anak-anak yang latar belakang keluarganya memang kurang baik atau broke home. Karena keluarga yang sudah tidak harmonis, tidak lengkap, membuat anak-anak menjadi labil.