Agam  

Jadi Tulang Punggung Keluarga, Fadli Siswa SD Di Tiku Jual Lapek Di Pelataran Masjid

TIKU,-Usianya baru 13 tahun, duduk dibangku kelas 6 Sekolah Dasar (SD) 05 Tiku Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Usai melaksanakan salat Zuhur berjemaah di masjid Raya Tiku, dia cepat cepat mengambil dagangannya, lapek sagan dan lapek bugih, kemudian mengambil tempat di pelataran masjid terbesar di Tiku, di kecamatan ter Barat kabupaten Agam.

Fadli namanya, anak laki laki berkulit kuning itu menarik perhatian, karena jualan lapek di mesjid masih berpakaian seragam pramuka, di saat teman temannya bermain main , berlari lari di lapangan Mahoni dekat kantor Camat, ada juga yang ke pantai, objek wisata pasir Tiku, yang pasar ada pula, sementara yang lain terkekeh gelak gelak dengan cemilan entah atau bakso cucuk ditangan.

Beberapa orang yang juga jemaah salat Zuhur di siang hari Sabtu (30/11) ini membeli lapek Fadli. “Duo ribu ciek” katanya sambil membangkuskan lapek pesanan seorang ibu.
Ustad Firdaus M.Si yang populer di Media Sosial dengan nama Ajo Agam bersama yuniornya Jero seorang sarjana ekonomi beli lapek Fadil. ” Fadil jual lapek ini pulang sekolah ya, apa pekerjaan orang tuanya?” Ujar Ajo Agam bertanya .
Fadil menjawab pertanyaan Firdaus, walaupun sambil membungkus lapek lapek pesanan pembeli sekaligus menghitung dan mengembalikan uang, dia memperlihat multitalenta nya.” Ayah sopir oto, ibu buat lapek ini” katanya.
Firdaus ingin tahu lebih detail lagi tentang berapa jumlah anggota keluarga Fadil, jawabannya membuat yang mendengar termasuk penulis kaget. “Kami beradik kakak 13 orang semua” kata Fadil.
“Saya anak ke dua belas, adik saya perempuan sama sama kelas 6 SD juga jualan lapek. Kami sama sama masuk sekolah, dan sama sama jualan lapek untuk membantu ibu” ujarnya
Setiap hari untuk satu jualan, Fadli mengaku membawa lapek sebanyak 50.buah. “Selalu habis, saya dapat Rp.5000 untuk belanja sekolah” katanya.
Fadli menjelaskan bahwa dl sejak kelas 1 sampai kelas 4, dia selalu juara kelas. “Kelas 5 dan kelas 6 tak juara lagi” katanya sambil menundukkan kepala.

Menjawab pertanyaan, tentang keadaan kakak kakaknya Fadli menjelaskan bahwa dua kakaknya sudah menikah, dua di SMA dan dua pula SMP. “Tapi dua kakaknya bersama ayah, ibu dan ayah sudah cerai” ujarnya polos..

Mendengar pengakuan prestasi Fadli ditambah dengan keadaan keluarga, Firdaus memperlihatkan rasa empatinya. Firdaus yang juga praktisi pendidikan antaranya mengelola Yayasan Pendidikan Islam , SD dan SMP Islam Terpadu (IT) di IV Nagari dan Lubuk Basung kemudian menawarkan pendidikan gratis kepada Fadli. “Tamat SD nanti Fadli mau sekolah di SMP Raudah, digratiskan ” tawar Firdaus.
Namanya anak anak, Fadli tidak memperlihatkan ketertarikannya menerima tawaran Firdaus, namun Fadli memberi alasan yang membuat Firdaus terdiam. “Saya harus menolong emak” katanya singkat.
Kisah nyata Fadli, anak Tiku yang jualan lapek di pelataran masjid Raya Tiku itu kata Firdaus mirip dengan kisah hidupnya. “Saya juga marasai dulu, kami juga banyak kakak beradik, 9 orang, ekonomi orang tua susah, mendengar kisah Fadli ini serasa merangkai kisah masa kecil saya” kata Firdaus yang juga menjadi Direktur Raudah Farm, yang mengembangkan dan memelihara sapi di Lubuk Basung, Bawan dan IV Nagari.
Memang kenyataan anak anak yang harus bekerja mencari uang bahkan diantaranya menjadi tulang punggung keluarga seperti Fadli cukup banyak, bukan saja di Tiku, tapi di seluruh Nusantara. Tapi bagaimana lagi, begitulah kehidupan ini, mudah mudahan anak anak seperti Fadli ini survive nantinya, sebagaimana kisah kisah orang sukses yang hidup merasai sejak kecil, seperti kata pepatah berakit rakit ke hulu, berenang renang ke tepian , bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian. (MK)