PADANG-Selasa sore, (15/5) cuaca mendung di Padang. Kondisi itu membuat hilal tak terlihat, meski Kemenag Sumbar sudah berbekal teropong canggih, tetap tak bisa menembus tebalnya mendung di ufuk barat.
Itu berarti, Sya’ban digenapkan jadi 30 hari dan awal puasa Ramadhan jatuh Kamis (17/5). Rabu malam, umat Islam sudah melaksanakan tarawih perdana.
“Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini umat Islam mengawalinya dengan puasa serentak,” kata Kakanwil Kemenag Sumbar, H.Hendri kepada para wartawan, seusai melihat hilal di Gedung Taman Budaya Padang, Selasa (15/5).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) juga menyatakan hilal tidak terlihat di Kota Padang.
“Penyebab hilal tidak terlihat pertama karena tingginya masih empat derajat dan kedua karena faktor pertumbuhan awan yang cepat sehingga terhalang,” kata Kepala Stasiun Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono.
Ia menjelaskan matahari terbenam di Padang pada pukul 18.13 WIB dan bulan pukul 18.17 WIB. Azimuth matahari pada posisi 288 derajat 54,11 dan tinggi bulan minus 0 derajat 15,34.
“Saat itu posisi bulan di sebelah selatan bawah matahari,” katanya.
Sementara Ketua Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Sumbar Asasriwarni mengatakan berdasarkan hisab disepakati hilal itu ada ketika ketinggiannya minimal dua derajat.
Kepala Kementerian Agama Sumbar Hendri mengatakan usai melakukan Rukyatul Hilal pihaknya langsung mengirim laporan ke pusat sebagai salah satu petimbangan dalam sidang isbath yang digelar Kementerian Agama.
Ia mengatakan dalam menetapkan awal Ramadhan pemerintah juga melakukan rukyatul hilal dan kemudian ditetapkan melalui sidang isbath yang digelar Kementerian Agama.
Sidang isbath diikuti pakar dan akademisi yang menguasai metode hisab dan rukyat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam.