SIMPANG AMPEK -Pasca jebolnya tanggul limbah PT Bintara Tani Nusantara (BTN), Jumat (18/4) lalu, tuntutan warga berupa kompensasi ganti rugi belum terealisasi.
Diketahui, akibat jebolnya tanggul, limbah pabrik mengalir ke Sungai Batang Pigogah hingga ke laut Air Bangis. Sekitar 600 nelayan pinggir pantai kehilangan mata pencaharian.
“Biasanya setiap melaut kami mendapat penghasilan rata-raya Rp 150 ribu perhari. Sekarang paling-paling Rp 20 ribu bahkan pulang dengan tangan hampa,” kata salah seorang nelayan, Abdi biasa dipanggil Ombing, Kamis (23/4).
Untuk itu, pihaknya menuntut tanggung jawab perusahaan. Sebab, akibat kelalain perusahaan 600 keluarga di Air Bangis terancam. Bentuk pertanggung jawaban itu berupa kompensasi setidaknya untuk 1 bulan ke depan.
“Kita sudah datangi perusahaan dan memberikan data kepada perusahaan serta bentuk kompensasinya 600 orang x Rp 150 ribu x 30 hari. Kita juga berharap perhatian pemerintah daerah,” tukasnya.
Sampai saat ini, katanya pihak perusahaan masih bungkam. Malah seoah-olah perusahaan mengarahkan ke jalur hukum. Perusahaan selalu beralasan menunggu hasil labor Dinas Lingkungan Hidup.
“Sementara kami khawatir ada kongkalingkong disini. Kami tidak percaya dengan dinas itu,” tegas nelayan itu.
Selain 600 nelayan tersebut, imbas limbah yang jebol itu juga berdampak pada Sungai Batang Pigogah. Seluruh ikan dan makhluk lain yang berada disungai mati.