BUKITTINGI-Dalam upaya menaungi para civitas akademika terutama dosen penulis dalam mempublikasikan tulisannya berbentuk buku dan monograf yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan masyarakat, Rektor UMSB Dr Riki Saputra akan meresmikan berdirinya UMSB Press tanggal 13 Mei 2020 di Padang.
Sebagai sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT), UMSB Press diharapkan dapat mendorong lahirnya penulis-penulis handal dari sisi akademik dan menghasilkan buku-buku ajar berkualitas termasuk monograf dan buku ilmiah populer lainnya.
Bersamaan dengan itu, Rektor UMSB Dr Riki Saputra juga akan meluncurkan buku produksi perdana UMSB Press berjudul “Parik Putuih dalam Hikayat: Warih Nan Bajawek. Pusako nan Batarimo”. Buku ini merupakan karya Efri Yoni Baikoeni, dosen UMSB dan Fahrial Ajisman, seorang praktisi dunia pertambangan batu bara di Kalimantan.
Bedah buku secara virtual dalam suasana PSBB di Sumbar tersebut menghadirkan para pakar dan narasumber yaitu: Dr. Zulqayyim, M.Hum, dosen Sejarah Universitas Andalas (UNAND) dan Brigjen (Purn) H. Maini Dahlan, tokoh masyarakat Parik Putuih di Jakarta.
Seminar yang juga menghadirkan kedua penulis tersebut diikuti sebanyak 96 orang (kapasitas 100) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa UMSB, anggota jaringan Asosiasi Penerbitan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiah (APPTIMA), warga dan perantau Parik Putuih di seluruh Nusantara serta para peminat buku dan penggiat literasi.
Menyambut acara tersebut, Rektor UMSB menyatakan bahwa buku produk perdana UMSB Press ini sangat penting. Ada tiga alasan pentingnya kehadiran buku ini.
Pertama untuk dapat mengisi kekosongan yang ada “narrowing gap” karena belum ditemukan buku yang mendiskusikan Parik Putuih secara utuh. Parik Putuih adalah sebuah kampung dalam Nagari Ampang Gadang yang berada di lereng Gunung Marapi, Kecamatan Ampek Angkek. Sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda, Parik Putuih terkenal sebagai kampung sentral produksi bakik yaitu sandal yang terbuat dari kayu “tangkelek”. Jumlah produksinya yang besar sempat menempatkan jorong ini sebagai produsen tangkelek tertinggi yang memasok ke seluruh Sumatera Barat, bahkan luar daerah.
Kedua, berbagi semangat kepeloporan (pioneerism) karena dalam buku ini terdapat deskripsi dari sosok, profil maupun tokoh inspiratif dan berdedikasi yang menentukan corak Parik Putuih di masa lalu dan kini.
Ketiga, sebagai legacy karena tujuan hidup orang Minangkabau adalah untuk berbuat jasa kepada kampung halaman dan masyarakat.
Selain itu, bagi UMSB sendiri, buku dengan ketebalan 324 halaman tersebut sangat bermakna karena merupakan produk perdana UMSB Press sebagai penerbit universitas. Kehadiran buku ini menjadi “milestone” dalam perjalanan UMSB dan diharapkan dapat memacu lahirnya buku-buku lain yang ditulis oleh para dosen penulis UMSB.
Salah satu benang merah dalam buku ini yang cukup menarik adalah terungkapnya hubungan historis kampung Parik Putuih dengan organisasi Muhammadiyah. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa organisasi Muhammadiyah pernah eksis di Jorong Parik Putuih. Karena mandeknya kaderisasi menyebabkan keberadaanya sempat lenyap ditelan masa.
Setelah hampir tiga dekade, ruh Muhammadiyah seolah bangkit kembali. Warga Parik Putuih yaitu Keluarga Rumah Gadang Suku Simabur mewakafkan tanah yang cukup luas (2.500 M2) kepada Pondok Pesantren Tahfidzhul Qur’an Mu’allimin Muhammadiyah Sawah Dangka. Tidak hanya itu, perantau Parik Putuih di Bandung membantu pembangunan gedung yang representatif guna memperluas aktivitas pondok pesantren tersebut.
Karena itu, Muhammadiyah Sumatera Barat sangat berhutang budi kepada masyarakat Parik Putuih yang telah berkontribusi dalam menyuburkan organisasi ini sehingga dapat menjalankan misinya dengan baik.(Yanti)