LUBUK BASUNG – Tiga hari melakukan pengusiran satwa liar, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui Resor Agam, tidak ditemukan lagi jejak kaki binatang tersebut.
Pimpinan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui Resor Agam Ade Putra, Minggu (28/6), menjelaskan, kuat dugaan jejak kaki tersebut adalah Harimau Sumatera dan hal ini dilakukan dalam penanganan konflik antara manusia dan satwa liar di Nagari Sungai Puar Kecamatan Palembayan.
“Petugas BKSDA bersama masyarakat sudah tidak menemukan lagi tanda-tanda keberadaan satwa liar disekitar pemukiman dan areal sawah warga setempat, “katanya.
Pengusiran dengan menggunakan bunyi-bunyian yang dilakukan petugas BKSDA pada pagi, sore dan malam hari.
Hasil dari upaya yang dilakukan, menunjukan tidak ditemukan lagi jejak satwa yang diduga adalah Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae).
Pantauan dengan menggunakan kamera penjebak (camera trap) yang dipasang sebanyak tiga unit pun tidak mendapatkan lagi gambaran visual pergerakan satwa disekitar pemukiman dan sawah warga.
Penelusuran yang dilakukan pada hari terakhir menunjukan satwa bergerak kembali ke dalam kawasan hutan lindung dan cagar alam yang berjarak dua kilometer dari lokasi kejadian.
Sebelumnya pada Selasa (23/6), BKSDA Resor Agam menerima laporan bahwa 2 ekor ternak kerbau peliharaan masyarakat nagari Sungai Puar terluka akibat diserang oleh satwa liar yang diduga Harimau Sumatera.
Tim BKSDA Resor Agam yang mendapatkan laporan langsung melakukan penanganan dengan melaksanakan identifikasi lapangan untuk memastikan jenis satwa, pemantauan dan pengusiran.
Diketahui ternak kerbau dewasa milik Pak Con dan anak kerbau milik ibu Ratini terluka pada bagian kaki, pundak dan leher. Untuk ternak kerbau dewasa akibat terluka parah oleh pemiliknya telah dijual kepada toke ternak.
Sehingga BKSDA memasang tiga unit kamera penjebak (camera trap) di beberapa titik untuk mendapatkan gambaran visual dan memantau pergerakan satwa.
Selain itu patroli pada pagi, sore dan malam hari sambil melakukan pengusiran juga dengan menggunakan bunyi-bunyian.
“Kita meminta warga setempat untuk waspada dan hati-hati dalam beraktivitas ke ladang dan ke sawah serta mengkandang dan mengamankan ternaknya untuk mencegah interaksi negatif dari satwa liar terjadi kembali,” katanya. (mursyidi)