PADANG – Keluarga besar Arteria Dahlan, anggota DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan membantah bahwa kakek Arteria Dahlan pendiri Partai PKI di Sumatera Barat. Penjelasan ini disampaikan adik ibu Arteria Dahlan, Prof. Dr. rer. nat. Auzal Halim, Apt. Dt. Bagindo Sati, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang.
Penjelasan yang bersifat bantahan ini diberikan sehubungan dengan pernyataan wartawan senior Hasril Chaniago, pada sebuah acara diskusi televisi swasta di Jakarta (8/9), yang mendapat liputan luas dari media. Menurut Hasril Chaniago, kakek Arteria Dahlan yang bernama Bachtarudin adalah tokoh PKI yang ikut mendirikan partai PKI di Sumatera Barat.
Menurut Prof. Auzal Halim, tidak benar Arteria Dahlan mempunyai kakek bernama Bachtarudin. Menurut Auzul Halim, kakek Arteria Dahlan dari pihak ibu bernama H. Wahab Syarif, seorang pedagang textile di Tanah Abang. Neneknya bernama Hj. Lamsiar, ibu rumah tangga, dan melahirkan tujuh orang anak, dan salah satunya adalah ibu Arteria Dahlan bernama Hj. Wasniar.
Hj. Wasniar adalah guru sekolah dasar perguruan Cikini dan kemudian menjadi guru tataboga di SMKN 30 Pakubuwono, Jakarta Selatan.
Sedangkan kakek Arteria Dahlan dari pihak bapak, bernama H. Ahmad Dahlan bin H. Ali, seorang pedagang di Sumatera Barat, dan istrinya bernama Hj. Dahniar Yahya.
Hj. Dahniar Yahya, yang biasa dipanggil Ibu Nian adalah seorang guru mengaji di Kukuban, Maninjau, dan adalah tokoh Masyumi. Menurut Auzul Halim, Hj. Dahniar Dahlan pernah ditahan oleh pemerintah Soekarno karena terlibat dengan pemberontakan PRRI.
“Jadi tidak benar kakek Arteria Dahlan, adalah tokoh yang mendirikan Partai PKI, karena tidak ada kakeknya yang bernama Bachtaruddin, seperti yang disebutkan Hasril Chaniago,” ungkap Auzul Halim.
Tepatan Perantau
Salah seorang sepupu Arteria Dahlan, H. Ir. Harry Asmar Dt. Panghulu Dirajo, Ketua Dewan Pembina Ikatan Keluarga Maninjau, membenarkan apa yang disampaikan Auzal Halim.
Menurut Harry Asmar, kakek Arteria Dahlan dari pihak ibu yang bernama H. Wahab Syarif dalah seorang pedagang Tanah Abang yang sukses.
Beliau merantau ke Jakarta sekitar tahun 1950-an, dan menjadi semacam tepatan dari perantau-perantau Sumatera Barat umumnya, dan Maninjau khususnya, yang ingin mengadu nasib di Jakarta.
Jadi rumah kakek Arteria Dahlan dari pihak ibu ini adalah semacam tempat transit perantau yang baru datang di Jakarta, sebelum mereka mendapat rumah untuk tinggal”, ungkap Harry Asmar yang juga Perantau Ketua Dewan Pembina Salingka Danau Maninjau.