PADANG-Malam takbiran Idul Fitri 2018 menjadi malam paling berharga bagi Khairul dan keluarga besarnya. Dia terkena serangan jantung secara tiba-tiba. Istri dan keluarganya langsung melarikan Khairul ke UGD. Setiba di UGD petugas rumah sakit menanyakan status kepesertaanya. Apakah peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) atau umum. Faktanya malam itu dia belum terdaftar dan harus dirawat dengan status pasien umum.
Pengobatan sakit jantung tentunya memakan biaya besar. Belasan juta rupiah tak akan cukup untuk pengobatan, tapi angkanya mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Malam itu Khairul pun berpikir bagaimana bisa terdaftar sebagai peserta JKN KIS.
Yelda, istri Khairul, dalam dengan rasa panik pun berusaha dengan bertanya kesana-kemari bagaimana cara menjadi peserta JKN-KIS. Dan malam itu juga, berkat informasi dan panduan dari salah seorang Duta BPJS Kesehatan Cabang Padang melalui telepon, ia mendaftarkan diri & keluarga intinya menjadi peserta JKN-KIS via aplikasi Mobile JKN.
Setelah terdaftar kartu tak bisa langsung berlaku, namun akan aktif 14 hari kemudian. Malam itu Khairul, yang sedang terbaring di ruang UGD bahkan sempat mencoba membuka dompetnya berkali-kali sembari berharap dirinya sudah pernah mendaftar, dan mendapati kartu JKN-KIS telah tersusun rapi di antara kartu-kartu penting lain dalam dompetnya. Keringat dingin muncul di beberapa bagian tubuhnya kala kartu JKN-KIS tak kunjung ia temukan, mengingat besar biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatannya.
“Ternyata BPJS (JKN-KIS, -red) ini aktifnya baru 14 hari lagi, saat itu 3 hari di ICU dan 3 hari di bangsal kita bayar pakai biaya sendiri. Setelah keluar dari rumah sakit baru terasa biayanya luar biasa, kami menyesal terlambat mendaftar BPJS (JKN-KIS),” ungkap laki-laki berusia 46 tahun tersebut.
Menurut Khairul, dia sempat stres memikirkan biaya yang besar untuk perawatan dirinya. Bahkan istrinya sampai berpikir untuk menjual rumah atau jual apa saja, asalkan dia bisa sehat kembali. Dari kejadian yang dia alami, timbul penyesalan kenapa harus telat menjadi peserta JKN KIS.
“Berkali-kali saya tanya ke diri saya sendiri kenapa tidak dari dulu saya mendaftar sebagai peserta JKN KIS. Memang penyesalan itu datang kemudian. Apa yang saya alami semoga bisa jadi pelajaran untuk masyarakat yang belum terdaftar sebagai peserta JKN KIS,” ungkap Khairul.
Rasa lega bercampur bahagia begitu dirasakan Khairul, ketika kartu JKN KIS nya telah aktif. Dia sudah tak lagi memikirkan biaya besar untuk pengobatannya, sebab biaya perawatan yang bisa mencapai ratusan juta tersebut, kini ditanggung BPJS Kesehatan. Khairul pun fokus untuk kesembuhannya.
“Saat sudah terdaftar jadi peserta JKN KIS, ada perasaan lega, karena ahwa saya menjadi warga negara diakui. Ini fasilitas negara dari pemerintah, terus saya sudah mendapat manfaatnya. Dapat fasilitas BPJS (JKN-KIS, -red), pelayanan dokter dan obat tanpa bayar. Kita hanya wajib bayar iurannya saja, iuran yang menurut saya sangat ringan sekali. Dari situ ada perasaan plong dan haru juga, karena pengobatan saya melibatkan bantuan dari orang lain yang bayar iuran,” ujarnya.
Khairul dan Yelda merasa menjadi warga negara secara utuh. Pulang kampung kali ini begitu berkesan baginya, menunda balik ke kota rantau untuk merefleksi kembali nilai-nilai kebhinekaan: Dengan Gotong Royong Semua Tertolong. Sebelumnya Yelda selalu membayangkan harus mengeluarkan 2juta sekali berobat jika tidak terdaftar sebagai peserta JKN-KIS.
Pasangan suami istri itu tak berhenti berucap syukur. Khairul pun berkomitmen untuk menjadi Duta BPJS Kesehatan secara informal, guna menyampaikan kepada semua orang tentang betapa pentingnya menjadi peserta JKN-KIS sebelum sakit.
Pasca pengalaman yang dia jalani, Khairul, pun berjanji akan selalu membayar iuran tepat waktu.