Oleh Aci Indrawadi
SENJA kemuning di langit Padang, saat itulah saya harus menjauhkan diri dari rumah, tempat cinta dan lelah selama ini saya rebahkan. Wabah menyebabkan saya harus pergi untuk sementara, dalam sebuah lambaian yang tak terkatakan. Saya bawa perasaan ini ke jantung ke kota, lalu berbelok ke rusuknya. Di sebuah rumah-kantor berlantai dua. Saya akan di sini, entah berapa hari lamanya.
Istri saya datang hampir tiap hari, ia gayutkan makanan di pagar, lalu ia pergi, setelah berpesan,”hati-hati, jaga kesehatan.” Saya adalah lelaki kokoh, tapi dalam peristiwa dramatis semacam ini, titik air mata saya. Wabah menyebabkan saya harus pergi untuk sementara. Saya bukan kena wabah corona,tapi saya mengisolasi diri, setelah kontak dengan korban positif Covid-19.
Diskusi demi ilmu
Pesan guru saya, mendiang Rusdi Zen, kalau jarang membaca perbanyaklah berdiskusi agar pengetahuan terus bertambah. Sebagai wartawan yang banyak menulis soal hukum, saya tentunya memilih diskusi dengan kawan-kawan advokat, selain jaksa dan polisi. Saking seringnya diskusi, ada beberapa kantor advokat sudah seperti kantor kedua buat saya.
Ngopi bareng, makan bersama, kadang olahraga bersama jadi keseharian, diselingi diskusi soal perkara-perkara yang ada, baik di tingkat lokal dan nasional. Kadang berdebat, saling menyalahkan, bahkan cimeeh.
Pada Jumat (25/9), pagi-pagi seperti biasa saya berangkat ke sebuah kantor pengacara di Jalan Aur Duri, Padang Timur. Saya ketok pintu kantor yang berisikan puluhan pengacara itu. Tapi agak lain suasananya. Agak tegang hari itu. Saya menyodor saja ke kursi bagian belakang. Di sana lah salah seorang pengacara mengatakan kepada saya, ada diantara mereka yang positif Covid-19.
Awalnya agak shock saya mendengarnya. Untuk memastikan, saya tanya langsung ke bos kantor itu. Di sanalah saya dapat kepastian, memang ada salah seorang pengacara di kantor itu yang positif Covid-19. Ceritanya, advokat itu baru pulang menghadiri pesta pernikahan familinya di Palembang, Sumatera Selatan. Begitu tiba di kampungnya di Padang Panjang, ia agak demam dan hilang penciuman. Tiga hari setelah tes swab, keluar hasilnya positif terpapar virus corona.
Saya memang tak ada kontak dengannya sejak ia pulang dari Palembang. Tetapi rekan-rekannya di kantor itu sempat kontak dengan pasien positif tersebut. Saya kontak dengan mereka yang ada di kantor itu. Bahkan dua hari sebelumnya saya ikut ke Solok Selatan dengan bos kantor tersebut, dan beberapa pengacara lain. Toh, dua pengacara di kantor tersebut mengaku sudah mulai kehilangan penciuman.
Bergegas saja saya hubungi istri. Saya beri opsi ke dia, saya isolasi di rumah menunggu hasil tes swab sejumlah pengacara yang kontak dengan saya, isolasi di kantor pengacara ini, atau bagaimana. Setelah sempat diskusi dengan istri melalui telepon, lahir lah kesimpulan saya isolasi di kantor pengacara teman saya itu sambil menunggu hasil tes mereka yang sempat kontak dengan rekannnya yang positif.