SULIT AIR – Pandemi Covid 19 tampaknya masih panjang, sepanjang itu pula parasaian anak-anak yang bermukim di kampung pinggiran yang harus tetap belajar tanpa akses sinyal internet atau daerah blank spot.
Setidaknya sejak seluruh jenjang pendidikan di Sumatera Barat mengeluarkan kebijakan Proses Belajar Mengajar (PBM) tanpa tatap muka dan dilakukan secara daring dari rumah, anak-anak di kawasan blank spot dibuat lebih sibuk mencari sinyal internet dibanding mengerjakan tugas sekolahnya sendiri.
Nyaris Saban hari, sejak sore hingga malam menggantung di langit, puluhan anak-anak Jorong Rawang, Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, berkelompok mencari lokasi tertinggi dari pemukiman mereka untuk mencari titik hotspot seluler.
Sebanding dengan nasib beberapa nagari di kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, warga, terutama para pelajar dan anak muda di
jorong Rawang Nagari Sulit Air, bila cuaca baik dan cerah seperti Jumat (23/10) malam kemarin, anak-anak seperti belajar berkelompok di alam terbuka.
Dihiasi cahaya kunang-kunang mencari cahaya terang, sekitar dua titik di kawasan Kapalo Rawang, menjadi rebutan dan duduk berdekatan untuk menggantang sinyal gedget dan smartphone, yang kadang ilang-ilang timbul pula.
” Kami sedang belajar daring. Sudah dari sore kami disini. Mengerjakan tugas sekolah,” kata Irma Suryani, mahasiswa semester delapan di UPI Padang.
Seperti bersenandung, Irma mengutarakan parasaiannya selama belajar daring. Bahkan
hanya untuk menelepon atau sekadar mengirim pesan singkat melalui WhatsApp saja, pelajar, mahasiswa atau masyarakat lainnya harus mencari waktu yang tepat untuk mendapatkan dua noktah hotspot seluler. ” Kami disini butuh internet bukan untuk bermain-main, tetapi digunakan sebagai fasilitas belajar, ” bebernya.