PADANG – Produksi rumahan atau perajin tempe mengeluh dengan adanya kenaikan nilai tukar dollar ke rupiah hampir mencapai Rp15. 000. Sebab, bahan mentah tempe yang bersumber dari kedelai diimpor dari Amerika Serikat.
Pasalnya, harga kedelai per karung dengan berat 50 kilogram naik sekitar 20 persen dari harga sebelumnya Rp338 ribu. Namun saat ini harga kedelai mencapai Rp380 ribu.
“Harga kedelai ini sudah mulai naik dari beberapa bulan ini. Namun, pada beberapa pekan, harga kedelai melonjak naik dengan naiknya nilai tukar dolar,” kata pemilik pengrajin tempe, Zainal Efendi (60), kepada wartawan, Rabu (5/9).
Dijelaskannya, selain mengurangi produksi tempe, dengan adanya kenaikan nilai tukar dollar ini, pihaknya juga mengurangi pekerja dalam memproduksi tempe. “Biasanya pekerja saya, ada enam orang. Karena kondisi saat ini, saya hanya memperkejakan empat orang saja,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Padang, Endrizal, mengatakan, dampak nilai tukar dollar ini naik, tidak hanya kepada pembelian kedelai saja. Untuk setiap barang yang diimpor dipastikan akan berpengaruh pada nilai tukar dollar ini.
“Jadi kami meminta kepada pengrajin tempe untuk bisa mengefesiensi produksi tempe. Sebab, kita di daerah tidak bisa mendorong untuk menanggulangi nilai tukar dollar ini,” ujar Endrizal. (deri)