PADANG – Kejayaan ekonomi Minangkabau zaman lampau terajunya ada pada one village, one product, atau satu nagari satu produksi.
Jika ada yang sama, bukan karena pak tiru melainkandisebabkan basis komunal mereka memang itu. Inilah yang sedang dipikirkan Jenderal Fakhrizal dan Genius Umar.
Menurut keduanya, Minggu (22/11) gubernur baru harus bisa menjadikan sistem ekonomi pertanian di Sumbar fokus. Ia memungut contoh ekonomi tua di Agam. Di sana tiap nagari punya spesialisasi yang diabaikan pemerintah. Sungai Pua misalnya pandai besi dibiarkan saja.
Lawang sentra gula tebu, juga dibiarkan. Lawang dengan kacang tanah tak dibina. Nagari Sanjai, dengan kripik, tinggal namanya saja karupuak sanjai tapi sudah jadi milik umum sehingga, yang lain kehilangan kreativitas. Demikian juga kopi di Bukik Apik, diperdiarkan saja alami.
Bofet Sianok, sudah tak ada padahal untuk sarapan pagi perlu. Belum lagi perkayuan di Tilatang Kamang, anak ikan di Gaduik dan lainnya. Demikian juga di Padang Pariaman, produksi minyak kelapa kurang dijaga oleh pemerintah. Ini benar-benar memerlukan tindakan nyata.
Hal yang sama juga terjadi di Tanah Datar. Lamang Tapai Limo Kaum terkesan tak dibina. Lihat saja, penjualannya hanya di sela-sela toko pakaian di dalam pasar. Padahal terkenal seantero nusantara. Harusnya dibina dan ditata dengan baik, sehingga benar-benar meningkatkan ekonomi masyarakat.
Belum lagi kopi eks tanam paksa di sepanjang lereng Marapi. Makanya Koto Tuo dan Pasia Laweh fokus pada tanaman dan produksi kopi sampai saat ini. Tetapi pemasarannya masih terbatas. Padahal itu salah satu komoditi eskpor yang tentu nilai ekonomisnya lebih baik. “Tentu disertai dengan kemasan dan jaminan mutu yang baik. Di sana perlu kehadiran pemerintah dalam hal pembinaan,” kata Jenderal.
Ia juga tertarik dengan produk Belango yang dihasilkan masyarakat Galo Gandang, Kecamatan Rambatan. Hingga saat ini pasar produk itu masih tersedia di sejumlah daerah tetangga seperti Sumatera Utara, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau. Itu dengan bentuk produk dan pola pemasaran yang dipertahankan dari dulu. “Jika ada sentuhan pemerintah untuk memberdayakan beragam produk dan dibantu pemasarannya, ini akan semakin memperkokoh ekonomi masyarakat setempat,” lanjut Fakhrizal.
Belum lagi Kacang Randang Pariangan, Saka Niro di Sungayang dan banyak lagi lainnya. “Jika peta pertanian Sumbar itu kokoh maka ekonomi akan kokoh pula. Pertumbuhan ekonomi akan naik,” tegasnya.
Limapuluh Kota dengan produksi gambirnya dan peternakan ayam. “Pasaman Barat juga harus difokuskan dengan budidaya jagung. Sementara daerah pesisir Pariaman, Pesisir Selatan dan lainnya tentu dengan kemajuan nelayan dan potensi wisata bahari. Dibarengi dengan seni tradisi dan kulinernya. “Gandeng perguruan tinggi, berdayakan masyarakat agar ekonomi mereka kokoh. Sumatera Barat kuat dan SDM-nya unggul,” tambah Genius Umar. (*)