PADANG – Sebuah rumah di kawasan di jalan Teratai Indah RT 01 RW 09 Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, dipenuhi puluhan batok kelapa. Seorang gadis muda terlihat sibuk memoles batok kelapa yang sudah licin, kemudian diwarnai dengan cat semprot.
Batok kelapa itu kemudian dibuat menyerupai celengan ayam unik dan indah dipandang. Butuh beberapa menit membuatnya dari awal hingga menjadi sebuah celengan.
“Biasanya dalam sehari saya bisa membuat 20 celengan ayam. Saya mulai dari pagi hingga sore,” kata Pengrajin tempurung kelapa dan pemilik NBF_Craft, Nesa Bukti Farsa (20) , pada Singgalang, Senin (16/11).
Kerajinan batok kelapa yang dilakoni Nesa adalah usaha turunan dari orangtuanya sejak 10 tahun lalu. Saat PSBB di tengah pandemi usaha Nesa dan ayahnya sempat terhenti karena kerajinan yang mereka buat tak satu pun dibeli orang. Nesa dan orangtuanya pun memutar otak membuat usaha baru yang di masa pandemi sangat dibutuhkan orang, yakni masker kain.
“Kalau tetap bertahan dengan kerajinan batok kelapa kami tidak akan punya penghasilan sama sekali. Makanya kami memilih turut membuat masker kain yang cukup banyak diminati masyarakat,” terang Nesa.
Jika tidak katanya, dapur tak akan berasap. Sebab ketika itu bantuan yang diharapkan dari pemerintah tak kunjung tiba. Masker kain yang dibuat Nesa bersama orangtuanya dijual ke warung-warung dan tempat keramaian lain. Dari uang penjualan masker itu lah Nesa dan orangtuanya bisa bertahan di tengah pandemi. Dalam berjalan waktu, bantuan untuk UMKM dari pemerintah pun mengalir dan mereka bisa menikmatinya.
Penjualan masker kain tak berlangsung lama, hingga akhirnya usaha batok kelapa kembali digandrungi masyarakat. Pola pemasaran yang mulanya hanya lewat tatap muka, kini dialihkan Nesa ke media sosial. Peminatnya di luar dugaan. Cukup tinggi. Umumnya berasal dari luar Sumbar. Orang luar tertarik karena kerajinan yang dibuat Nesa dan orangtuanya terlihat unik dan cantik. Jenisnya beragam hingga 40 macam. Seperti celengan unik, gantungan kunci, dompet, tas tangan, teko, sendok, gelas, lampu hias dan lain sebagainya. Kerajinan itu dijual dari harga terendah, mulai dari Rp5.000 hingga Rp300.000. Semua tergantung model.
Pemilik usaha dengan brand NBF_Craft, optimis usaha yang dijalaninya ke depan akan terus digandrungi masyarakat banyak. Mengingat bahan dasarnya hanya batok kelapa yang mudah didapat.
Temurung dibeli Nesa dari tukang jual kelapa Rp25 ribu per karung. Di rumah batok itu dipilihan untuk mencocoknya satu bagian dengan bagian yang lain untuk disatukan hingga membentuk kerajinan celengan.
“Usaha ini kedepannya akan terus dikembangkan dan juga gencar dipasarkan secara digital, terlebih dimasa pandemi Covid 19 saat ini, masyarakat lebih tertarik berbelanja melalui marketplace untuk mencegah penularan,” jelasnya.
Saat ini koleksi kerajinan tersebut bisa dilihat melalui media sosial Instagram @Nbf_craft, sedangkan Facebook dengan akun “nesa farsa”, dan jika cuaca cerah biasanya orang tua juga membantu jualan di kawasan pantai, tepatnya di jalan Samudera, Padang pada sore hari.
Nesa yang merupakan anak pertama dari lima saudara ini berharap kedepannya, usaha terus berkembang dan turut mengajak warga sekitar bekerja sama mengembangkan usaha, sehingga nantinya mampu mengurangi pengangguran di tengah masyarakat.
“Jika sudah berkembang, nantinya dibangun galeri kecil dan punya toko sendiri yang diisi dengan ragam kerajinan ini, dan juga berharap ada pihak terkait turut membantu mengembangkan usaha ini kedepannya,” harapnya. (arief)