PADANG – Menonton debat Pilgub Sumbar yang disiarkan langsung oleh TV One, dari Grang Inna Padang, Kamis (3/12) kemarin, kaum Bundo Kandung (Perempuan) merasa prihatin karena program kerja yang dibuat para paslon tidak ada yang menyinggung keberadaan kaum perempuan.
Penilaian ini disampaikan Ketua Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Sumbar, Tanti Herida di Padang, Jumat (4/12).
“Di lihat dari debat publik empat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar saat debat publik kemarin (Rabu,red), saya melihat tidak ada diantara paslon itu yang membicarakan isu inklusi dan gender equality secara substansi, cuma hanya menyinggungnya sedikit-sedikit,” kata Tanti.
Padahal, kata dia, dalam pemilihan nanti sebanyak 51 persen pemilih yang ada di Sumbar adalah perempuan. Ini menunjukkan separuh potensi sosial dan ekonomi yang berada di Sumbar itu ada ditangan perempuan.
Menyedihkan lagi, diri mengkritisi ke empat Paslon yang nota bene adalah laki-laki tidak ada satupun yang mempunyai program tentang pemberdayaan perempuan walau dalam pertanyaan disinggung tentang isu gender.
Sebagai gambaran perlunya pemberdayaan perempuan di Sumbar, tidak lain berangkat dari masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan di Sumbar.
Misalnya, pada Data Nurani Perempuan Sumbar di tahun 2016 ada 109 kasus, kemudian di tahun 2017 terdapat 132 kasus. Lalu naik menjadi 154 kasus di tahun 2018, dan pada tahun 2019 kasus ini melambung naik mencapai 400 kasus.
“Namun perempuan yang mengadu karena menjadi korban dalam kasus ini terbilang sedikit, seperti yang ada di tahun 2019 hanya 60 orang saja yang mengadukan kekerasan terhadap perempuan ke pihak berwajib,” tukas Tanti.
Terpisah, Tim pemenangan pasangan calon Fakhrizal-Genius Umar (Fage), Sitti Izati Aziz menilai, dari empat paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, paslon nomor urut 3 Fage justru punya perhatian terhadap isu gender (perempuan) di Sumbar.
“Dari dua kali debat publik calon yang diadakan KPU Sumbar, tidak ada tergambar dari visi misi paslon tentang isu akan memperjuankan atau meminimalisir tindakan diskriminasi perempuan dan anak, kecuali paslon Fage,” kata Siti Izati Aziz.
Fage dalam debatnya, sebut Sitti, pernah menyebutkan akan melakukan upaya meminimalisir diskriminasi perempuan dan anak, soalnya di Sumbar kasus diskriminasi terhadap perempuan dan anak itu masih tinggi.
Padalah, kata dia, Sumbar masuk dalam Indek Demokrasi Indonesia, dimana salah satu indikatornya adalah partisipasi perempuan di publik.