PADANG – Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan di Sumatera Barat. Kendati demikian, revolusi pertanian segera dilakukan bila ingin mendapatkan produksi yang banyak dan meningkatkan perekonomian daerah.
Hal itu ditegaskan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumbar, Ramal Saleh, Selasa (2/10). Disebutkannya, peralatan pertanian yang dipakai oleh petani di Sumbar saat ini sudah tertinggal 100 tahun dari Eropa. Itu berdasarkan pantauan dan evaluasi dari kunjungannya pada beberapa negara di Eropa dalam sektor pertanian.
Kondisi ini harus menjadi perhatian semua pihak terutama pemerintah provinsi, kabupaten/kota di Sumbar ini.
“Kita mengatakan Indonesia negara agraris dengan mengandalkan hasil pertanian. Namun, upaya untuk mewujudkannya tak serius. Itu terlihat dari political will pemerintah yang tak berkomitmen terhadap pertanian,”ujar Ramal Saleh.
Dalam revolusi industri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mulai dari mengunakan teknologi modern, SDM cukup, pasar yang jelas serta permodalan.
Beranjak dari itu, masing-masing kabupaten/kota sudah harus memiliki alat canggih pertanian tersebut mulai dari sekarang. Pemerintah daerah sudah harus menganggarkannya di APBD. Bila minimal satu alat canggih pertanian satu tahun bisa dibeli, maka beberapa tahun ke depan bisa dimiliki lebih dari satu dan bisa mengarap lahan pertanian lebih luas.
Seperti alat canggih panen kentang misalnya yang bisa memanen kentang dalam jumlah cukup banyak, hingga bisa dibersihkan sekaligus. Begitu juga untuk alat pertanian lain untuk menanam atau pengolahan tanah. (syawal)