Pandemi akibat covid-19 telah membuat ekonomi tak menentu dan penuh ketidakpastian. Berbagai sektor pun terdampak, tak terkecuali properti. Masyarakat barangkali akan menunda untuk membeli rumah atau apartemen baru karena masih banyak kebutuhan primer yang harus dipenuhi.
Namun, siapa sangka ternyata sektor properti atau perumahan termasuk ke dalam salah satu industri yang masih tumbuh positif secara tahunan, meskipun pertumbuhannya melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Terutama rumah subsidi, mampu bertahan di tengah badai corona. Konsumen pun masih antusias memiliki rumah idaman meski ekonomi terguncang.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga mengakui, properti menjadi salah satu industri yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Terutama pada Kuartal III 2020, saat perekonomian domestik tengah mengalami kontraksi mencapai minus 3,49 persen (year on year).
“Perumahan termasuk salah satu sektor yang mampu tumbuh positif berdasarkan data yang diumumkan BPS bulan Desember 2020,” ucap Ma’ruf Dalam diskusi bertajuk ‘Mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui sektor perumahan’ di Jakarta, Senin (27/12/2020).
Pemerintah sendiri, menurut Ma’ruf selalu memberi perhatian kepada sektor perumahan karena kontribusinya yang besar dan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional. Apalagi, pemerintah tengah menggiatkan pembangunan sejuta rumah bagai rakyat Indonesia.
Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida saat diskusi virtual “75 Tahun Indonesia Merdeka, Properti Penggerak Perekonomian Nasional” di Jakarta, Kamis, 17 September 2020 mengakui anjloknya sektor properti Indonesia akibat covid, terutama okupansi hotel. Namun, segmen rumah subsidi masih bertahan pada masa pandemi Covid-19.
Adanya realisasi anggaran stimulus Subsidi Selisih Bunga (SSB) serta Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) yang mencapai Rp1,5 triliun mampu membuat segmen rumah subsidi mampu bertahan.
Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai salah satu penyalur kredit rumah bersubsidi juga membuktikan diri tak goyang dengan badai pandemi. Meski tentu saja realisasi di masa ini turun dari tahun-tahun sebelumnya. Dibanding realisasi tahun 2019 dimana BTN telah merealisasikan 735.000 rumah dalam program pemerintah satu juta rumah, realisasi BTN setelah pandemi, tahun 2020, sudah tentu berkurang.
Di tahun 2020, dimana pandemi covid-19, penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi BTN pada kuartal III dan kuartal IV tahun 2020 kembali mencuat meski sempat mengalami penurunan pada kuartal kedua. Pertumbuhan laba 39,72% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Hal itu membuat BTN berhasil menyalurkan KPR rumah subsidi senilai Rp 17 triliun sepanjang tahun 2020 dengan total unit mencapai 122.000. Di tahun 2020 tersebut, meski tertekan akibat Covid-19, namun penyaluran kredit PT BTN (Persero) Tbk. masih bisa tumbuh 1,7 persen saat market dalam kondisi negatif.
Pada triwulan III 2020, rumah tipe 36 mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan tipe 45 dan tipe 70. Tingginya permintaan terhadap rumah tipe 36 kemungkinan rumah tipe 36 menjadi rumah pertama, bukan untuk investasi.
Sementara di tahun 2021, BTN optimis realisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencapai 200-250 ribu unit. BTN sebagai bank pelaksana program rumah subsidi yang digelar Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyediakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).