PADANG-Kesulitan yang mendera pasca kebangkrutan usaha suaminya memaksa Nelia Novita, pengusaha Zahira aneka snack olahan ikan mencari cara untuk tetap bertahan hidup. Usaha olahan ikan kemudian menjadi andalannya bangkit dari keterpurukan.
Pada 2012, usaha itu dimulainya. Namun, masih ada kebimbangan yang mendera, sebelum akhirnya pada 2013 mendapat pembinaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Barat (Sumbar). “Dulu suami saya seorang pengusaha. Pada saat gempa (2009-red), usahanya bangkrut. Terpaksa saya berusaha berjualan gorengan, jualan juice, dan lain-lain agar kami tetap bisa menjalani kehidupan. Baru pada 2012, saya memulai usaha olahan ikan,” ceritanya.
Usaha olahan ikan menjadi pilihan karena ikan menurutnya bisa dibuat beraneka snack. Pada mulanya, dia membuat usaha Samosa Ikan Tuna dan Rendang Teri. Sukses menjual dua varian itu, kemudian dia terus berinovasi, sehingga menghasilkan beberapa varian olahan ikan lainnya. Kini, total dia menjual tujuh olahan ikan dengan tambahan lima olahan lainnya, yaitu stick udang, stick ikan tuna, keripik salalauk, dan pastel keripik abon tuna.
Dulu, abon untuk samosa buatannya masih dibeli dari rekannya. Kemudian seiring berjalan waktu, dia akhirnya membuat sendiri. Bahkan dengan produksi sendiri, maka modal usaha bisa ditekan. “Dulu produksi abon masih dua kiloan, sekarang sudah bisa mencapai antara 150 hingga 200 kg,” ujar anak dari Ahmad Johari dan Nurnelis.
Abon sebanyak itu tidak digunakan sendiri untuk produk olahan ikannya, tapi juga dijual kepada para pelanggannya. Apalagi, abon produksi Zahira terdiri atas beberapa rasa, seperti rasa rendang, manis, kari, dan pedas. “Ke depan saya menargetkan, abon saya bisa masuk ke pabrik-pabrik roti, sehingga target saya menjadikan Zahira Snack sebagai perusahaan besar terwujud,” ujar perempuan 39 tahun itu.
Abon menjadi andalan usahanya, karena abon bisa dikonsumsi semua kalangan tanpa terkecuali. Pemilihan ikan tuna sebagai bahan baku abonnya, karena ikan ini menurutnya mengandung protein yang sangat tinggi dan baik bagi kesehatan anak-anak dan dewasa.
“Abon buatan saya berbeda dengan abon tuna lainnya, karena kami mengunggulkan abon tuna rasa kari. Ini saya lakukan, karena memang usaha saya berangkat dari olahan ikan rasa kari,” jelas isteri dari Yunaidi alias Yudi.
Tak sekadar jadi perusahaan besar dalam negeri, dia juga menargetkan usahanya bisa menembus pasar mancanegara. Soal target ini menurutnya tidak muluk-muluk, karena dia percaya hasil tidak akan mengkhianati usaha. Ini telah dibuktikannya sejak memulai usaha olahan ikan tersebut.
Berkat ketekunan dan kerja kerasnya bersama sang suami, dia telah berhasil mengembangkan usahanya itu. Produk olahannya kini bisa ditemui di sejumlah swalayan dan outlet-outlet penjualan oleh-oleh di Padang dan beberapa daerah di Sumatera Barat. “Pada 2019 kami menargetkan bisa menambah pasar di luar Padang,” tuturnya.
Pada 22 Desember 2015 lalu, lewat produksinya rendang ikan teri, perempuan yang akrab disapa Novi itu berhasil meraih penghargaan Juara Harapan III Lomba Inovasi Olahan Ikan yang diselenggarakan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang. “Saya dapat piala dan piagam dari Walikota Padang. Itu makin memotivasi saya terus mengembangkan usaha ini dan terus berinovasi,” ujarnya.
Saat ini, usaha olahan ikannya itu menjadi andalan memenuhi kebutuhan keluarga. Terpenting lagi, usaha yang dilakukannya diharapkan dapat membahagiakan orang tuanya, meskipun sang mama telah wafat. (yuni)