EFFENDI
Wartawan Utama
Senin sore sekitar pukul 16.30 WIB, jasad Abel tiba rumah duka, Jl. Sutan Syahrir, Simpang Ikal, Gang Bandes 3 nomor 6, Kelurahan Rawang Timur, Padang Selatan.
Disemayamkan di sana. Orang tua, kerabat dekat, tetangga dan kalangan pecinta alam sudah ramai mendatangi rumah duka. Usrizal sore itu melepas sahabatnya di rumah duka atas nama para pendaki dan para pecinta alam.
Sejak sore hingga malam, pelayat ramai datang ke rumah duka. Silih berganti sampai Selasa 7 Juli 1992. Pagi hingga siang Selasa itu, cuaca mendung. Alam turut sedih atas kepergian sang pecinta alam. Sedih dan pilu bersama ratusan pelayat yang memadati jalan di depan rumah Abel.
Selesai Zuhur, Abel dishalatkan di masjid dekat rumahnya lalu dibawa ke peristirahatan terakhir di makam kaum di Gunung Pangilun. Ibu Abel adalah asal Belanti Khatib Sulaiman, yang pandam pekuburan kaumnya ada di Gunung Pangilun, tepatnya di Banda Gadang. Selamat jalan Abel. Pintu sorga terbuka lebar buatmu.
“Kami sangat kehilangan. Beliau orang baik. Penyapa dan suka bantu orang,” kata Rudi Incek, tetangga Abel yang sejak kelas 1 sampai 6 SD satu lokal di SD Inpres 6/75, Rawang Timur. Dan juga sama-sama alumni SMAN 6 Padang.
Abel, Rudi dan Usrizal adalah lulusan SMA 6 Padang tahun 1991. Setelah tamat, Abel bekerja di bengkel alat berat di Tabing, Padang.
Bahkan Sabtu siang (4/7/1992), Rudi diajak Abel ikut mendaki gunung. “Sekali ini saja. Kapan lagi,” ajak Abel saat itu.
Tapi Rudi menolak dengan halus. Dia sebetulnya ingin, tapi tak dizinkan oleh orang tuanya.
Fadli, adik kandung korban pun berkisah, sebelum kakaknya pergi mendaki, dia pamit kepada kedua orangtua. “Ada hal yang mengejutkan nanti sepulang mendaki. Tenang sajalah,”tutur Fadli menirukan ucapan kakaknya.